Pemimpin tertinggi Gereja Katolik dunia Paus Fransiskus memuji keluarga di Indonesia yang lebih mementingkan memiliki anak. Sikap ini berbeda dengan beberapa negara lain, di mana warga usia produktif lebih mengasuh hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing.
Hal tersebut disampaikan oleh Sri Paus dalam pidatonya di Istana Kepresidenan Jakarta pada Rabu (4/9). Duduk di sebelah Presiden Jokowi dan disaksikan oleh para tamu undangan yang terdiri dari pejabat publik serta tokoh masyarakat dan keagaamaan, Paus memuji sikap keluarga Indonesia itu patut menjadi teladan bagi banyak warga negara lain di dunia.
Apalagi, Paus Fransiskus mendengar keluarga di Indonesia rata-rata memiliki tiga sampai empat anak.
“Masyarakat percaya bahwa mereka dapat atau boleh membutuhkan untuk memohon berkat Allah. Saya mendengar bahwa keluarga-keluarga masih memiliki tiga sampai empat anak, dan ini sebuah contoh yang bagus untuk banyak negara,” kata Paus.
Mendengar pernyataan Sri Paus, Presiden Jokowi langsung tersenyum. Respon serupa juga terlihat dari Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Ketua DPR RI Puan Maharani, serta Menteri Pertahanan dan Presiden terpilih Prabowo Subianto yang hadir dalam acara tersebut.
Paus Fransiskus juga mengkritik tren di negara-negara lain yang menunjukkan penurunan jumlah kelahiran anak, dengan semakin banyak orang memilih untuk merawat hewan peliharaan seperti anjing atau kucing daripada memiliki anak.
“Mungkin ini karena banyak negara tidak mau lagi memiliki anak, tetapi memiliki binatang anjing atau kucing,” ujarnya, dikutip dari Antara.
Pidato Sri Paus disampaikan dalam bahasa Italia, dan semua yang hadir mendengarkan terjemahannya melalui headphone.
Paus Fransiskus menjelaskan bahwa keengganan warga di beberapa negara untuk memiliki anak sering kali berkaitan dengan ketimpangan sosial yang serius dan kesulitan dalam menjalani kehidupan yang bermartabat.
Ia menambahkan bahwa berdoa kepada Allah bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah ini.
“Dalam konteks-konteks lainnya, masyarakat percaya bahwa mereka dapat atau boleh mengabaikan kebutuhan untuk memohon berkat Allah, menilainya sebagai sesuatu yang dangkal bagi manusia dan masyarakat sipil. Sebaliknya, mereka memajukan usaha-usaha mereka sendiri, tapi kerap kali hal ini mengantar mereka kepada pengalaman frustrasi dan kegagalan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Paus juga menyoroti bagaimana iman kepada Allah kadang-kadang dimanipulasi untuk menciptakan perpecahan dan kebencian, alih-alih memajukan perdamaian, kerja sama, dan persaudaraan.
“Meski demikian, ada masa-masa ketika iman kepada Allah terus menerus diletakkan di garis depan, tapi sayangnya dimanipulasi untuk menciptakan perpecahan dan meningkatkan kebencian, dan bukan untuk memajukan perdamaian, persekutuan, dialog, rasa hormat, kerja sama dan persaudaraan,” ujarnya.
Setelah acara di Istana Kepresidenan, Paus Fransiskus dijadwalkan untuk menghadiri pertemuan pribadi dengan anggota Serikat Jesuit di Apostolic Nunciantura Kantor Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, yang dimulai pada 3 September 2024, merupakan bagian dari perjalanan apostoliknya ke Asia Pasifik. Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi dalam rangkaian tersebut.
Dapatkan informasi menarik lainnya dengan bergabung di WhatsApp Channel CNA.id dengan klik tautan ini.