Opini

Momentum untuk Mukidi, Golkar, dan Pak Jokowi

Jakarta – Setelah berhasil mengalahkan Jerman di final dan meraih emas sepakbola Olimpiade Rio, Brasil mendapatkan kembali keyakinan atas sepakbola nasionalnya. Rogerio Micale, pelatih Brasil mengatakan bahwa kemenangan ini penting untuk melupakan kekalahan memalukan 1-7 dari Jerman di Piala Dunia 2014.

“Sepakbola Brasil tidak mati, kami punya potensi yang besar untuk mendapat prestasi besar di masa datang,” ujar Rogerio.

Ketika humor Mukidi menjadi viral di media sosial, dari dinding-dinding Facebook hingga pesan berantai di Whatsapp – penjual Kopi Mukidi mendapatkan keuntungan tak terduga. Seperti dikutip sebuah media, penjualan Kopi Mukidi yang biasanya hanya tercatat 1 kilogram per hari meningkat hingga 10 kilogram per hari. Humor Mukidi mendorong kenaikan penjualan kopi yang kebetulan bermerk dagang sama.

Cerita tentang kembalinya kepercayaan diri insan sepakbola Brasil dan larisnya kopi Mukidi adalah cerita tentang momentum. Ada sebuah peristiwa yang menjadi pemicu sebuah perubahan atau memunculkan dampak ikutan. Peristiwanya sendiri bisa saling terkait seperti yang terjadi di sepakbola Brasil, atau peristiwa acak yang sejatinya tak berhubungan seperti kisah kopi dan humor Mukidi.

Menangkap atau Menciptakan Momentum

Momentum sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kesempatan atau saat yang tepat. Momentum juga merupakan istilah fisika yang merujuk jumlah massa yang dimiliki oleh benda yang bergerak. Semakin cepat bergerak dan semakin berat massa semakin besar momentum yang dimilikinya. Semakin besar momentum sebuah benda, dengan sendirinya semakin susah untuk menghentikannya.

Banyak momentum muncul dalam berbagai peristiwa di dunia bisnis maupun politik. Ada momentum yang diciptakan secara sadar, tetapi ada juga momentum yang muncul secara kebetulan (koinsiden). Kebangkitan sepakbola Brasil adalah contoh momentum yang diciptakan melalui upaya tak kenal lelah para pemainnya. Di sisi lain, pemilik Kopi Mukidi hanya sekedar menangkap momentum yang diciptakan orang lain.

Banjir besar yang melanda kawasan industri di Thailand dan bencana meledaknya pembangkit nuklir di Jepang menjadi momentum (koinsiden) yang menguntungkan Vietnam. Banyak produsen otomotif yang kemudian memindahkan basis produksinya dari Jepang dan Thailand ke Vietnam.

Banyak organisasi yang mencoba mencari dan menciptakan momentum. Langkah Golkar beberapa bulan terakhir adalah contoh terbaik untuk hal ini. Dari partai yang berseberangan dengan Presiden Jokowi, kemudian menjadi oposisi selama 2 tahun kabinet – kini Golkar menjadi pendukung sekaligus partai pertama yang mencapreskan Jokowi di 2019.

Golkar juga serius mendukung Ahok sebagai calon Gubernur untuk Pilkada 2017. Dan untuk lebih sempurna, Golkar pun menyebut Sri Mulyani sebagai kandidat cawapres. Di luar kompensasi kursi kabinet yang diperolehnya, dukungan untuk Jokowi, Ahok, dan Sri Mulyani adalah upaya murah dan cerdas Golkar untuk minimal terbawa sentimen baik atas pemberitaan dari figur-figur yang popular ini.

Momentum Presiden Jokowi

Mantan Presiden Chile Sebastian Pinera pernah mendapatkan momentum terbaik dalam masa pemerintahannya setelah berhasil memimpin langsung penyelamatan 33 penambang yang terjebak 69 hari di pertambangan emas Copiapo, Chile dari 5 Agustus hingga 13 oktober 2010. Popularitas Sebastian Pinera meroket dari hanya 46% menjadi 57% pasca operasi yang menginspirasi dunia itu.

Popularitas Pinera bahkan sempat mencapai 63% pada akhir 2010. Tetapi tak lama kemudian popularitasnya melorot hingga hanya 36% kala disurvei bulan Mei 2011. Salah satu penyebab melorotnya popularitas adalah demonstrasi besar-besaran atas kebijakan pendidikan serta perlakuan istimewa untuk korporasi besar.

Presiden Jokowi harus melihat dengan seksama turunnya popularitas Sebastian Pinera. Di tengah gagalnya beberapa target ekonomi pemerintah, Presiden Jokowi masih mendapatkan momentum berkat popularitas tinggi di masyarakat. Menurut survei dari Indikator Politik Indonesia, di Bulan Agustus 2016 – 68% reponden puas dengan kinerja pemerintah.

Tetapi berkaca dari apa yang terjadi dengan Sebastian Pinera, popularitas bisa diraih sekaligus merosot dengan cepat. Konsistensi atas janji politik kampanye serta penanganan masalah-masalah strategis yang berdampak luas, sangat mempengaruhi popularitas. Kekisruhan pasca reshuffle, perdebatan tax amnesty, pembebasan sandera Abu Sayyaf, serta kesuksesan Asian Games patut diperhatikan dengan serius.

Publik memandang pemerintah secara garis besar dalam 2 hal – sebagai representasi kebanggaan sebuah bangsa, sekaligus penanggung jawab atas hidup masyarakat. Pembebasan sandera Abu Sayyaf dan kesuksesan sebagai tuan rumah Asian Games sama dengan penyelamatan penambang di Chile. Dia dapat membangkitkan (atau meruntuhkan) kebanggaan sebagai bangsa.

Di sisi lain, pemenuhan janji pemerintahan – pertumbuhan ekonomi, pengendalian harga pangan, perbaikan infrastruktur adalah resep dasar menjaga popularitas.

Popularitas yang masih tinggi adalah momentum Presiden Jokowi untuk mengevaluasi kembali kebijakan yang dikritisi publik. Jika popularitas meluncur turun, perubahan besar yang butuh waktu seringkali tak lagi dapat menolong. ( Sumber: Deti.com 5 September 2016)

Tentang penulis:

Sumantri Suwarno adalah Ketua Bidang Ekonomi Pengurus Pusat GP Ansor

#jalantengah | Lahir 2 Maret 1976 di Bantul Yogyakarta, menghabiskan masa remaja di kampung kecil di selatan Yogyakarta | untuk sebuah kebaikan tidak perlu ditanya asal usulnya

Sign up for a newsletter today!

Want the best of KWFeeds Posts in your inbox?

You can unsubscribe at any time

What's your reaction?

Leave Comment

Related Posts

Celebrity Philantrophy Amazing Stories About Stories