Opini

Kesendirian, Kekalahan, dan Kematian

Kompas Cetak hal 31 hari ini memberitakan adanya perdebatan sengit di parlemen Jepang karena kekalahan Timnas Jepang dari O-1 Korea Utara saat laga tandang di Stadion Kim Il Sung 15 November 2011

Parlemen Jepang menyoroti perlakukan tuan rumah yang tidak fair sehingga timnas mereka kalah, walaupun itu tidak lagi mempengaruhi posisi Jepang yang sudah memastikan lolos ke babak berikutnya dalam penyisihan Pra Piala Dunia Brasil 2014.

Parlemen Jepang — sepertinya mengerti betul apa yang dinamakan hajat hidup masyarakatnya. Sepakbola sama dengan di bangsa-bangsa lainnya menjadi harapan dan kebanggaan banyak rakyat Jepang. Sepakbola menjadi saluran kebanggaan dan mungkin halusinasi superioritas antar bangsa.

Hajat Elit dan Bukan Rakyat

Kontras dengan apa yang sedang terjadi di Indonesia. Kekalahan di final AFF dari Malaysia, berlanjut di Final Sea Games 26 juga dari tim Harimau Malaya — tidak menyisakan upaya perbaikan terhadap sepakbola nasional yang juga telah menjadi hajat hidup banyak orang.

Saat airmata kekalahan belum kering, kita dipertontonkan kisruh kompetisi di sepakbola kita. Ada tarik menarik dan adu kepentingan yang berjalan tanpa perhatian yang cukup dari pemerintah —- sehingga panggung sepakbola kita sudah tidak berbeda dengan panggung politik di DPR. Semua sibuk memenangkan ego kelompok — menaruh apa yang namanya kebanggaan dan hajat hidup orang banyak di laci terdalam.

Susah sekali membuat elit-elit ini tersadar, atas apa yang dinamakan hajat hidup, kepentingan rakyat dan orang banyak. Mereka tidak sadar, kepentingan publik itu harus diperjuangkan — dijaga dan tidak hanya direbut saat mereka berkepentingan di setiap pemilihan.

Musim Lepas Tangan

Dan lihatlah — saat Jembatan di Kutai Kartanegara roboh, dan puluhan rakyat meninggal tenggelam sia-sia. Ramai-ramai semua lepas tangan, atas tidak terjaganya kepentingan publik. Penguasaan atas hajat hidup orang banyak dilepas saat terjadi kesalahan yang memerlukan tanggung jawab, saat memerlukan kerja dan pengorbanan.

Tetapi — saat apa yang dinamakan hajat hidup orang banyak , panggung kemenangan menuju kepada tanda-tanda kejayaan — elit-elit ini berebut menguasai, mengambil alih, dan tidak lupa melakukan klaim. Betapa hangatnya para tokoh politik menjamu para pemain dan ofisial, saat timnas moncer dan menjanjikan kemenangan. Semua tiba-tiba cinta sepakbola.

Saat Jembatan Kukar selesai dan dinobatkan sebagai “Golden Gate Indonesia ” semua melakukan selebrasi dan iklan besar-besaran. Tetapi lihatlah Headline Kompas cetak hari ini juga, 30 November 2011 — ketika “Golden Gate” ini runtuh semua yang dulu melakukan klaim, menikmati uang pembangunan, tidak ada satu pun yang bertanggung jawab.

Maka saat ada kekalahan, kesedihan, dan kematian sia-sia , rakyat, pemain, penonton, dan kita semua — sendiri dan kesepian.

¤¤¤

30 Nov.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

#jalantengah | Lahir 2 Maret 1976 di Bantul Yogyakarta, menghabiskan masa remaja di kampung kecil di selatan Yogyakarta | untuk sebuah kebaikan tidak perlu ditanya asal usulnya

Sign up for a newsletter today!

Want the best of KWFeeds Posts in your inbox?

You can unsubscribe at any time

What's your reaction?

Leave Comment

Related Posts

Celebrity Philantrophy Amazing Stories About Stories