Sore itu mungkin warga Tenggarong sedang merencanakan liburan akhir pekan yang indah. Sama seperti keluarga-keluarga di kota-kota lainnya.
Saat beberapa keluarga, berada di atas jembatan — yang megah dan diyakini sebagai Golden Gate itu — sekonyong-konyong jembatan ambrol. Puluhan mobil dan motor menghujam ke sungai Mahakam berkedalaman puluhan meter.
Lalu hingga pagi ini, 5 korban meninggal dan puluhan korban luka ditemukan. Kedukaan dan kemarahan menyebar cepat.
Kita bisa bilang setiap kematian adalah kehendak Tuhan. Tapi kematian di atas jembatan berusia 10 tahun yang dibangun dengan dana ratusan milyar milik rakyat — mungkin juga dari para korban itu, pantas membuat marah.
Jembatan selalu diharapkan menjadi penyambung, tetapi “Golden Gate ” Kutai Kartanegara yang juga menjadi landmark atas apa yang dinamakan keberhasilan pembangunan —- ternyata justru menjadi lokasi pertunjukan horor menakutkan.
Bau korupsi dan kurang baiknya kinerja pemerintah — justru kini dipertontonkan dari jembatan baja yang membentang kuat di atas sungai Mahakam ini.
Lalu kita diingatkan banyaknya sekolah yang juga roboh di banyak kota — beberapa hanya berjarak puluhan KM dari Bandung dan Jakarta.
Setelah robohnya sekolah dan kini jembatan — kesimpulan harus mulai ditebalkan. Di antara jargon-jargon dan mercusuar yang kita kumandangkan, selalu ada tikus-tikus dan sikap abai — yang lebih sibuk menggerogoti daripada memperbaiki — yang sibuk berkumandang dan tak benar-benar bekerja.
Jembatan emas itu telah roboh, dia memutuskan hubungan dua warga di seberang sungai Mahakam — tetapi dia justru semakin menebalkan harapan atas munculnya aparat-aparat yang bersih dan bekerja benar. Karena merekalah sesungguhnya jembatan masa depan.
¤¤¤
27 Nov
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.