Judi slot kini menjadi salah satu permainan yang makin digemari oleh orang Indonesia. Bahkan Kepala Biro Humas Pusat Pelapor dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Natsir Kongah mengungkapkan kalau transaksi judi online di Indonesia tahun ini mencapai lebih dari Rp200 triliun.
Diketahui juga kalau ada sekitar 2,19 juta orang miskin yang bermain judi online dengan taruhan di bawah Rp100.000. Tak jarang juga, mereka yang bermain judi slot ini rela meminjam uang ke pinjaman online (pinjol) ilegal berkali-kali untuk bisa bertaruh.
Sehingga, banyak para pemain judi slot ini berakhir memiliki utang hingga puluhan sampai ratusan juta rupiah. Padahal sudah tahu kalau judi slot ini bagaikan “rantai” yang menjebak orang yang memainkan permainannya sampai merugi, tapi tetap saja mereka sulit lepas.
Judi online saat kini makin marak bahkan di kalangan pelajar dan mahasiswa. Perencana Keuangan PINA.id Sayoga Risdya Prasetyo mengungkapkan fenomena tersebut membuktikan kurangnya literasi keuangan di kalangan masyarakat.
“Fenomena ini jadi salah satu bukti bahwa literasi keuangan masyarakat kita masih sangat rendah. Kurangnya literasi keuangan membuat orang mudah terbawa iming-iming kaya mendadak dalam waktu instan yang selalu dielu-elukan oleh perusahaan judi online,” kata Sayoga kepada Republika.co.id, Ahad (8/10/2023).
Fenomena tersebut semakin miris, karena judi online mulai marak di kalangan mahasiswa dan pelajar. Pada beberapa kasus, ada mahasiswa yang terjerat pinjaman online juga menggadai aset orang tua demi bermain judi online.
Dari kasus tersebut, efeknya cukup panjang, mulai dari kesulitan keuangan, putus kuliah, hingga terpaksa terapi ke psikiater karena kesehatan jiwanya terganggu. Fenomena tersebut memang berakar dari hal yang sama yaitu kurangnya literasi keuangan di masyarakat sehingga generasi muda banyak yang mudah terhasut iming-iming kekayaan instan lewat judi online.
Judi online menjadi salah satu permasalahan sosial yang semakin mengkhawatirkan di era digital ini. Dengan akses internet yang semakin mudah, praktik judi online pun semakin marak, merambah berbagai kalangan masyarakat.
Tindakan ini tidak hanya merugikan individu secara finansial, tetapi juga merusak moral dan nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. Dalam menghadapi tantangan ini, nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) dapat menjadi pedoman penting untuk mencegah dan mengurangi maraknya judi online.
Nilai-nilai Aswaja adalah sebuah pemahaman keislaman yang moderat dan menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan, toleransi, dan kedamaian. Nilai-nilai ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun masyarakat yang lebih baik.
Beberapa nilai Aswaja yang relevan dalam konteks pencegahan judi online antara lain adalah: Pertama, tawassuth (moderat). Aswaja menganut prinsip moderasi yang menghindari sikap ekstrem dalam segala hal, termasuk dalam mencari rezeki.
Judi, yang merupakan tindakan mencari kekayaan dengan cara instan dan tidak pasti, jelas bertentangan dengan prinsip ini. Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja keras dan mencari rezeki dengan cara yang halal dan baik, bukan melalui jalan pintas seperti judi.
Kedua, tasamuh (toleransi). Toleransi dalam Aswaja mengajarkan umat untuk saling menghormati dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Dalam konteks pencegahan judi online, ini berarti mendorong masyarakat untuk saling mengingatkan dan menasehati tentang bahaya judi. Kampanye kesadaran dan pendidikan mengenai dampak negatif judi online dapat menjadi bentuk nyata dari nilai toleransi ini.
Ketiga, tawazun (keseimbangan). Keseimbangan dalam hidup adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan sejati. Judi sering kali menyebabkan ketidakseimbangan dalam kehidupan seseorang, baik dari segi finansial, emosional, maupun sosial. Dengan menanamkan nilai tawāzun, masyarakat diajak untuk menjalani kehidupan yang seimbang, bekerja dengan jujur, dan menjaga kesejahteraan keluarga.
Keempat, ta’awun (kerja sama). Kerja sama antarumat sangat penting dalam mengatasi masalah sosial seperti judi online. Dengan semangat ta’awun, masyarakat dapat bekerjasama dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari praktik judi.
Misalnya, membentuk kelompok pengawasan di komunitas, mengadakan diskusi dan seminar, serta melibatkan berbagai pihak seperti tokoh agama, pemerintah, dan organisasi sosial.
Untuk menerapkan nilai-nilai Aswaja dalam upaya mencegah judi online, diperlukan langkah-langkah konkret yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Pendidikan dan penyuluhan edukasi tentang bahaya judi online harus diberikan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Melibatkan tokoh agama dan pemuka masyarakat dalam kampanye anti-judi dapat memberikan pengaruh positif yang kuat. Lalu, penguatan peran keluarga merupakan benteng utama dalam mencegah praktik judi online. Orang tua harus memberikan contoh yang baik dan mengawasi penggunaan teknologi oleh anak-anak.
Komunikasi yang baik antara anggota keluarga juga penting untuk mendeteksi dini jika ada anggota yang terlibat dalam judi online. Lebih lanjut, penegakan hukum pemerintah harus tegas dalam menegakkan hukum terhadap praktik judi online. Selain itu, penyedia layanan internet harus diajak bekerjasama untuk memblokir situs-situs judi online.
Pengembangan kegiatan positif mmasyarakat perlu difasilitasi dengan berbagai kegiatan positif yang dapat mengalihkan perhatian dari praktik judi. Kegiatan olahraga, seni, dan budaya dapat menjadi alternatif yang sehat dan bermanfaat.
Maraknya judi online adalah tantangan besar yang harus dihadapi bersama. Dengan menerapkan nilai-nilai Aswaja seperti moderasi, toleransi, keseimbangan, dan kerja sama, masyarakat dapat membangun pertahanan yang kuat terhadap praktik judi.
Melalui pendidikan, penguatan peran keluarga, penegakan hukum, dan pengembangan kegiatan positif, kita dapat mencegah dan mengurangi dampak negatif dari judi online, serta membangun masyarakat yang lebih sejahtera dan bermoral. [AR]
