Merindukan Kedalaman

merindukan-kedalaman

dive-into-the-depths-of-surrealism-reality-transcended-in-liquid-nirvana-artvizual-premiumOleh Reza A.A Wattimena

Saya sangat menyukai musik. Sejak kecil, saya dekat dengan musik. Saya besar dengan musik di rumah saya. Ketika remaja, saya juga bermain alat musik, dan bernyanyi.

Namun, belakangan ini, saya cukup kecewa. Saya tidak menemukan banyak musik bermutu. Ada beberapa yang menarik. Namun, sebagian besar, musik dewasa ini cenderung dangkal dan murahan.

Lirik dibuat seadanya. Aransemen dibuat begitu dangkal, supaya cepat laku di pasar. Tidak ada cinta dan rasa di dalamnya. Apakah anda mengamati hal serupa?

Ada satu sebab yang, saya kira, penting untuk diperhatikan. Orang berkarya tidak lagi untuk menikmati karyanya, tetapi untuk alasan-alasan eksternal. Mereka ingin karyanya segera viral. Dalam proses ini, mutu dan kedalaman kerap kali dilupakan.

Mereka ingin ternama. Mereka ingin cepat terkenal. Mereka ingin menjadi artis dan selebriti instan. Karya seni yang dihasilkan pun jauh dari kedalaman, karena melulu ingin mengocok emosi dan segera viral di pasar.

Tentu saja, uang juga menjadi motivasi. Orang ingin cepat kaya. Beragam cara dilakukan. Dalam bidang seni, keinginan untuk kaya melunturkan proses kreatif, dan berbuah karya-karya tak bermutu serta dangkal.

Pendek kata, musik dewasa ini mengalami krisis autentisitas. Tidak ada keaslian dan ketulusan di dalamnya. Tidak ada dorongan untuk menikmati musik pada dirinya sendiri. Padahal, autentisitas dan kenikmatan bermusiklah yang menghasilkan karya-karya bermutu yang bisa dinikmati orang dari semua jaman.

Kedangkalan, rupanya, kini menjadi gejala global. Kita mengalami krisis keheningan yang merupakan ruang terpenting untuk proses kreatif yang bermutu. Keheningan juga penting untuk melakukan refleksi, sehingga orang bisa melihat dunia dari sisi yang berbeda, dan melihat ke dalam dirinya, guna menciptakan karya-karya bermutu tinggi. Yang terjadi, setiap saat, kita dibombardir dengan berita dan informasi tak penting dari media sosial di dunia digital.

Kita kehilangan ruang hening. Kita kehilangan ruang untuk melihat ke dalam diri kita. Kita kehilangan kesempatan untuk mengamati emosi serta pikiran yang datang dan pergi. Kita kehilangan kedalaman.

Bidang politik mengalami hal yang sama. Di Indonesia, kita dipimpin oleh orang-orang yang amat dangkal. Tidak ada kedalaman reflektif dan autentisitas di dalam diri mereka. Mereka hanya sibuk dengan statistik palsu, korupsi, mencuri, menipu dan memperbodoh rakyatnya.

Maka, sebagai manusia, kita perlu kembali untuk menjadi autentik. Kita perlu kembali untuk hening. Puasa digital, seperti berulang kali saya tulis, amat diperlukan untuk keselamatan diri kita. Lebih dari itu, dalam bidang seni, saya kira, kita perlu untuk kembali menikmati seni sebagai tujuan pada dirinya sendiri.

Dari kenikmatan dan kecintaan pada seni tersebut, karya-karya bermutu yang mendalam bisa lahir. Karya tersebut bisa merupakan ekspresi batin si seniman. Atau, karya tersebut bisa berupa cerminan dan kritik atas keadaan masyarakat yang ada. Selama ia lahir dari kecintaan, ketulusan dan autentisitas di dalam berkesenian, maka kedalaman akan muncul di sana.

Motivasi eksternal, seperti viral, ternama dan uang, kiranya perlu ditunda. Itu akan datang dengan sendirinya, jika kita melahirkan karya-karya bermutu. Kita perlu melakukan sesuatu secara kreatif sebagai tujuan pada dirinya sendiri. Kebahagiaan, kepuasan dan kedalaman akan menjadi bagian dari hidup kita, beserta dengan karya-karya bermutu yang lahir darinya.

Kedalaman juga dapat lahir dari transformasi kesadaran. Jika kesadaran kita masih sempit, maka secara alami, karya yang kita hasilkan juga bermutu rendah. Perluasan kesadaran, seperti dijelaskan di dalam teori transformasi kesadaran (cek ini: Kesadaran, agama dan politik), menghasilkan rasa dan sudut pandang yang baru. Disinilah muncul kedalaman yang nantinya melahirkan karya-karya yang bermutu tinggi.

Saya menantikan karya-karya musik yang bermutu tinggi. Juga di berbagai bidang lainnya, saya menantikan kedalaman yang mencerahkan. Ini semua dapat lahir, jika kita mulai menciptakan ruang-ruang hening di dalam hidup kita. Kita juga perlu melihat ke dalam diri kita, serta mengalami secara utuh berbagai rasa dan pikiran yang muncul di dalamnya. Inilah resep untuk menuju kedalaman dan autentisitas, tidak hanya di dalam karya-karya yang kita buat, tetapi juga di dalam kehidupan yang lebih luas.

===

Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Merindukan Kedalaman

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us