Sungguh Melihat, Lalu Terbebaskan

sungguh-melihat,-lalu-terbebaskan

2747384-BSLLDTIP-7Oleh Reza A.A Wattimena

Lihat Isi Batin, Isi Pikiran

Sungguh Melihat

Lihat sampai ke akar atau inti dari itu

Temukan kekosongan

Beristirahat di kekosongan

Para master di Asia sering menggunakan syair dan puisi di dalam menyampaikan pandangan mereka. Syair dan puisi dilihat sebagai alat untuk mengekspresikan pengalaman realisasi diri, atau pengalaman pencerahan batin. Kata dan kalimat menjadi lebih singkat, tanpa banyak argumen yang justru semakin menjauhkan orang dari dirinya sendiri. Saya akan mencoba hal yang sama.

Lihat isi batin, isi pikiran. Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk mengamati batin kita sendiri. Di dalam batin terdapat pikiran dan perasaan yang terus berganti. Ada imajinasi tentang masa depan. Ada ingatan tentang masa lalu.

Ada perasaan senang. Ada perasaan sedih. Mungkin juga, ada perasaan marah. Semua datang dan pergi begitu cepat, begitu rapuh serta begitu sementara.

Sungguh melihat. Ini berarti bukan hanya sekedar melihat, tetapi sungguh melihat. Kita melihat dengan jeli isi batin kita, termasuk segala pikiran dan perasaan yang sementara. Lihat sampai ke akar atau inti dari itu.

Apa inti dari batin kita? Apa inti dari pikiran dan perasaan kita? Apa inti dari imajinasi dan ingatan yang kita punya? Pikiran dan perasaan kita begitu rapuh.

Ia begitu mudah berganti. Ia seperti asap yang tak memiliki isi. Di balik semua pikiran dan perasaan, ada ruang kosong. Temukan kekosongan. Inilah kekosongan yang merupakan inti dari batin kita.

Kekosongan bukanlah ketiadaan. Kekosongan itu seperti ruang yang bisa menampung segalanya. Ia melampaui kata dan konsep. Ia adalah pengalaman nyata tentang keadaan disini dan saat ini sebagaimana adanya.

Beristirahat di kekosongan. Setelah sungguh melihat inti dari batin, kita menatap kekosongan. Lalu, kita beristirahat di situ. Kita hanya perlu relaks sepenuhnya, dan beristirahat di dalam ruang kosong yang merupakan inti terdalam batin kita.

Kekosongan bukan ketiadaan

Ada kebijaksanaan

Kejernihan

Kedamaian

Kelegaan di dalamnya

Beristirahat di situ

Kekosongan bukan ketiadaan. Ini perlu dipertegas, supaya kita tidak salah paham. Di dalam kekosongan, ada berbagai kemungkinan. Ada kebijaksanaan. Kejernihan. Kedamaian. Kelegaan di dalamnya.

Kita lalu bisa melihat keadaan sebagaimana adanya. Keputusan-keputusan penting dalam hidup pun dibuat dengan kejernihan. Ini adalah hal yang sangat penting di tengah jaman yang semakin rumit ini. Kreativitas pun mengalir deras dari kekosongan yang penuh dengan berbagai kemungkinan tersebut.

Beristirahat di situ. Kita beristirahat di dalam kekosongan tersebut. Di titik ini, kita melampaui ruang dan waktu. Ruang dan waktu, sesungguhnya, hanyalah konsep ciptaan pikiran manusia. Kita lalu percaya pada konsep itu, mengiranya sebagai kenyataan yang benar, lalu terjebak di dalamnya, dan menderita.

Beristirahat di dalam kekosongan berarti kembali ke rumah. Kita menjadi diri kita yang sejati. Kita bersama Sang Pencipta yang tak pernah jauh dari sanubari kita. Dari sini, dengan kejernihan dan kedamaian yang ada, kita berkarya dengan bahagia di kehidupan yang sementara ini.

===

Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Sungguh Melihat, Lalu Terbebaskan

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us