Mengapa Laki-laki juga Harus Pandai Mengelola Keuangan?

mengapa-laki-laki-juga-harus-pandai-mengelola-keuangan?

“War, tips biar bisa umroh donk”

“Wah, jenengan umroh ya kemarin? Cara nabungnya gimana? Aku dituturi, plis”

Dan masih banyak lagi pertanyaan sejenis.

Mubadalah.id – Pertanyaan-pertanyaan tersebut datang dari beberapa teman saya, yang ingin tahu bagaimana caranya bisa umroh di usia muda. Fyi, saya berangkat umroh pada bulan September 2022. Kedua orang tua lah yang mengajak saya. Tentu saja, sangat sangat bahagia. Kapan lagi coba bisa merapat ke tanah suci, negeri yang diimpikan jutaan umat muslim di dunia.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut saya jawab secara sederhana saja: menabung. Saya memang konsisten menabung di bank sejak tahun 2017. Kalau ingatan tak melenceng, itu tahun pertama saya membuka rekening.

Sebelum memiliki pekerjaan tetap di tahun 2019 yang gajinya lumayan, saya sering menyisihkan uang sekitar 100-200 ribu untuk ditabung setiap bulannya. Uang itu saya kumpulkan dari hasil sisa uang saku saat kuliah, dan uang dari hasil kerja-kerja “kasar” membantu kakak.

Barulah, sejak 2019, saat sudah “mapan” secara pekerjaan, saya alokasikan 50% dari gaji per bulan untuk ditabung. Misal gaji 2 juta, maka yang ditabung, ya, satu juta. Saya niatkan untuk memiliki uang di masa depan. Saat menabung, saya nggak pernah terpikirkan untuk buat umroh atau haji. Niatnya, ya, nabung saja. Soal uang itu kepake mau buat apa, itu urusan belakangan. Yang penting punya tabungan. Dah gitu saja.

Walhasil, saat awal tahun 2022 orang tua mengajak saya umroh, saya sudah punya tabungan yang cukup. Saya ambil uang tabungan sekian juta untuk pembayaran umroh. Lalu orang tua juga membayar pakai uang sendiri. Saya memilih salah satu biro umroh di Pekalongan, kebetulan waktu itu lagi ada promo, sehingga biaya umroh per orangnya tidak sampai Rp 28 juta. Kalau sekarang rata-rata biaya umroh Rp 33-35 juta.

Laki-laki Harus Pandai Mengelola Keuangan

Kisah saya terbang ke Arab Saudi memang nggak pernah terprediksi sebelumnya. Entah mengapa, orang tua saya baru ada panggilan untuk ke tanah suci di usia yang bisa dibilang sudah sepuh, 70-an tahun, tepatnya di awal 2022 itu. Namun, saya nggak akan terlalu banyak membahas soal umroh.

Tulisan ini akan mengupas lebih jauh tentang “mengapa laki-laki harus pintar mengelola keuangan?” Karena selama ini, stigma yang beredar di masyarakat, laki-laki dianggap tidak lebih pintar daripada perempuan dalam urusan mengelola keuangan.

Untuk memperkuat fakta tersebut, coba kita tengok di setiap organisasi. Kebanyakan yang dijadikan bendahara adalah perempuan, ya kan? Saya mengamati, dalam setiap kegiatan IPNU-IPPNU, ketua pelaksananya adalah laki-laki, sedangkan perempuan kebagian menjabat sekretaris dan bendahara kalau dalam susunan panitia harian. Padahal, laki-laki juga punya potensi untuk mengurus bagian keuangan.

Laki-laki, terlebih laki-laki dewasa usia 20-an ke atas, dalam menjalani kehidupannya, memang harus pandai mengatur waktu dan keuangan (financial).  Pengelolaan keuangan yang baik akan mendatangkan banyak manfaat di kemudian hari. Saya misalnya, yang tiba-tiba diajak umroh, dan secara kebetulan uangnya ada.

Sedari dulu, saya tipe orang yang hemat. Saya nggak suka foya-foya. Nggak pernah beli barang-barang mewah yang harganya jutaan itu. Selain itu, disaat teman-teman saya mengalokasikan uangnya buat beli rokok dan kopi bulanan, saya nggak.

Di saat teman-teman saya sering pergi ke mall, ke kafe-kafe dan restoran bintang atas, ke tempat wisata, dan mempergunakan uangnya hanya untuk kepuasan dirinya, saya jarang. Bahkan intensitas saya datang ke tempat-tempat tersebut rendah sekali. Pendek kata, saya jenis makhluk yang nggak suka menghambur-hamburkan uang. Kalau Bob Sadino bilang “bergayalah sesuai isi dompetmu”.

Berawal dari Mindset

Mindset laki-laki harus pandai mengelola keuangan seperti itu mulai tertanam sejak saya kuliah di jurusan ekonomi syariah di UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan (dulu masih STAIN).  Di kampus ini, meski tak banyak teori-teori yang saya pahami, tapi saya mendapatkan bekal soal konsep kesederhanaan, tentang larangan berlebihan dalam hal apapun, tentang arti penting berbagi kepada sesama, tentang prinsip gaya hidup sederhana, tentang konsep investasi sebagai bekal hidup di masa mendatang, tentang konsep kebutuhan dan keinginan, dan lain sebagainya.

Pemahaman yang saya terima kemudian saya aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, muncullah perilaku dimana saya suka menabung, serta menggunakan uang untuk keperluan yang penting-penting saja. Kalau nggak butuh-butuh banget, saya tunda keinginan itu sampai saya benar-benar membutuhkan barang tersebut.

Dalam hal ini, misalnya, keinginan buat beli hape baru padahal hape yang lama masih bisa dipakai meskipun layarnya sudah sedikit retak atau memorinya sudah full, itu saya tunda sampai benar-benar hape tersebut sudah nggak layak dioperasionalkan.

Dalam memiliki hape, saya nggak muluk-muluk harus ada aplikasi ini itu. Yang paling utama harus mencukupi empat komponen ini: bisa buat chatting dan medsos-an, youtube-an, kamera belakang aktif, dan buka file.

Kalau komponen-komponen tersebut sudah nggak bikin nyaman, barulah saya akan ganti hape. Saya pernah punya pengalaman nggak ganti hape selama enam tahun. Sejak Januari 2017 hingga Oktober 2022, saya konsisten memakai hape merk Redmi 4A.

Alkisah, Redmi 4A itu alami gangguan: tombol sering mencet-mencet sendiri, sering nge-blank, dan lain-lain, maka di momen seperti itu, saya putuskan ganti hape yang sampai sekarang saya pakai ini. Sesederhana itu. Dalam hal ini, pengambilan keputusan yang tepat juga penting.

Kebutuhan dan Keinginan

Begitulah fungsinya kalau kita paham akan konsep kebutuhan dan keinginan. Seorang laki-laki, baik yang belum atau sudah menikah, diharuskan memiliki pengetahuan yang baik soal keuangan. Ia juga harus paham mana kebutuhan dan mana yang sebatas keinginan belaka.

Kebutuhan bersifat pokok atau pemenuhannya bersifat wajib. Sementara keinginan sifatnya tambahan dari kebutuhan pokok. Dengan manajemen keuangan yang baik, kita dapat memastikan kebutuhan pokok seperti makanan, tempat tinggal, dan pendidikan tercukupi. Manajemen keuangan pribadi juga membantu kita untuk mencapai tujuan kebutuhan jangka panjang seperti membeli tanah, kendaraan, atau merencanakan hari tua yang nyaman.

Laki-laki yang pandai mengelola keuangan akan berdampak positif pada finansial yang sehat. Kita akan lebih mudah memetakan pendapatan untuk kebutuhan harian, tabungan dan investasi. Pintar mengelola keuangan juga bisa mengatur sifat konsumtif dalam diri kita. Biasanya, orang yang tidak pintar mengatur keuangan selalu merasa keuangannya tidak stabil.

Mencatat setiap pengeluaran harian juga penting dilakukan. Ini yang pernah saya lakukan dalam beberapa tahun lalu. Bahkan, parkir Rp 2000 saja saya catat di buku kecil. Meski terlihat sepele, catatan pengeluaran harian ini ternyata membawa saya menjadi pribadi yang bisa membedakan mana kebutuhan dan mana yang sekadar keinginan karena nafsu atau gengsi semata.

Seorang laki-laki single yang bisa mengatur perencanaan keuangan dengan baik, nantinya dapat membawa efek positif ketika sudah berumah tangga. Ia akan terbiasa bagaimana caranya mencatat pemasukan dan pengeluaran. Ketika dapat gaji, misalnya, ia bisa membagikan sebagian dari gaji itu kepada istri, anak, dan kebutuhan dirinya sendiri, lalu sisanya buat ditabung. Intinya, dalam konsep ini, suami dan istri harus saling berdiskusi tentang pengelolaan keuangan rumah tangga.

Hemat dan Pelit Dua Hal yang Berbeda

Jadi, begitulah, pentingnya seorang laki-laki paham mengelola keuangan. Ia bisa merencanakan kehidupan jangka panjang, bisa membagi ranah mana kebutuhan dan keinginan, teliti dalam setiap pengambilan keputusan, tidak merasa gengsi ketika masih memakai barang-barang “jadul” di tengah kerumunan orang-orang berdasi dan bergaun mewah, dan tidak berperilaku konsumtif serta hedonis.

Tapi, yang jauh lebih penting, Anda harus mengerti bahwa Hemat dan Pelit itu dua hal yang berbeda. Hemat: Mengelola uang secara bijaksana untuk masa mendatang, berusaha menghemat untuk investasi atau keperluan penting lainnya. Pelit: Menyimpan uang karena takut mengeluarkannya, meskipun untuk keperluan yang penting atau mendesak. Hahaha. []

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Mengapa Laki-laki juga Harus Pandai Mengelola Keuangan?

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us