Dear Orangtua, Baca ‘Girl Stuff’ untuk Stop Tahu Tabu pada Tubuh Anak Perempuan

dear-orangtua,-baca-‘girl-stuff’-untuk-stop-tahu-tabu-pada-tubuh-anak-perempuan

Banyak orang tua bangga dengan anak yang cepat dewasa dari umurnya yang masih belia. Padahal, itulah bukan suatu pujian, melainkan tekanan. 

Dari buku “Girl Stuff”, anak-anak seperti diberitahu mengenai ranah dan batasan-batasan untuk anak usia 8 hingga 12 tahun.

Dalam beberapa kehidupan tradisional, banyak orang tua menikahkan anak-anak mereka dalam usia belia, dengan harapan bisa memberikan kehidupan baru dan menyerahkan seluruh tanggung jawab orang tua kepada menantunya. Tidak jarang hal ini membangun sebuah keterpaksaan kedewasaan dalam benak si anak. Selain itu, dengan lingkungan toksik dalam berkeluarga, membuat anak harus serba bisa, termasuk mengendalikan emosi-emosi yang sebelumnya rumit untuk dikenali.

Terlebih, Indonesia masih belum mengenal jelas mengenai alat-alat reproduksi dengan baik, serta hormon-hormonnya. Belum lagi menyoal tentang edukasi seksual. 

Alih-alih memberikan pemahaman yang baik untuk anak, ini justru memerkaya tabu atau stigma buruk yang tidak mengenakkan dan memengaruhi pola pikir anak mengenai reproduksi. Misalnya, anak-anak perempuan tidak dikenalkan dengan baik bahwa menstruasi adalah hal normal dan bukanlah sesuatu yang aib. Dari kurangnya edukasi mengenai hal tersebut, membangun stigma dan pikiran buruk mengenai menstruasi pada anak.

Pun dengan pengenalan perubahan bentuk tubuh kala menjelang pubertas, membuat kesimpangsiuran informasi yang ingin diperoleh anak-anak perempuan. Selain itu, emosi yang seringkali berubah-ubah adalah salah satu bentuk respons hormonal tubuh seorang anak perempuan. 

Baca Juga: Peluncuran Panduan Jurnalis Pilkada 2024, Pentingnya Suarakan Isu Gender dan Inklusi

Dalam buku “Girl Stuff”, banyak memaparkan pengetahuan meliputi edukasi seksualitas dan kesehatan reproduksi hingga hubungan anak dengan keluarga dan kelompok sosial. Buku tersebut mengenalkan bahwa anak-anak juga memiliki hak akses untuk mengetahui fungsi dari alat reproduksi, memberikan informasi mengenai siklus menstruasi hingga alasan mengapa perempuan dapat melahirkan bayi. 

Adapun stigma-stigma mengatakan bahwa anak-anak yang sudah menstruasi sama dengan umur yang sudah dewasa. Akan tetapi, meski sudah menstruasi, mereka hanyalah anak-anak dan tidak boleh disamaratakan dengan perempuan dewasa. Buku tersebut menyadarkan bahwa terdapat hal-hal yang sebelumnya tidak dikenalkan oleh orang tua atau guru di sekolah dalam ranah anggota tubuh kita.

Adapun pengenalan mengenai berbagai jenis pembalut, tampon, dan menstrual cup juga masih minim. Seringnya, tampon dan menstrual cup dikatakan tidak baik untuk keelastisan vagina. Namun, dalam buku tersebut dijelaskan bahwa kedua barang tersebut sama sekali tidak berbahaya dan boleh dipergunakan.

Dalam edukasinya pun memaparkan bahwa anak-anak dengan rentang usia 8 hingga 12 tahun masih mengeksplorasi dalam mengenali bagian-bagian tubuh dan perubahan tubuh setelah mengalami pubertas. 

Kemudian, “Girl Stuff” menjelaskan bahwa ketika perempuan sudah mengalami pubertas, akan menjadi emosional. Dalam artian, akan memiliki berbagai macam emosi yang muncul silih berganti.

Sebagai anak-anak yang baru mengalami pubertas, perlu adanya arahan dari orang dewasa atau dari teman yang sudah berpengalaman. Dengan itu, perlu adanya hubungan yang baik terhadap mereka. Namun, terkadang hubungan tidak melulu berjalan dengan baik, dan buku tersebut memberikan beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan sebagai anak.

Kita membutuhkan Literasi Pendidikan Seksualitas dan Reproduksi  yang Mudah Tersampaikan

Bagusnya “Girl Stuff” adalah memberikan berbagai macam arahan dan saran untuk pembacanya, yakni anak-anak dengan umur 8 hingga 12 tahun. Terlebih, bahasa yang digunakan mudah diserap sebab menggunakan kata dan kalimat yang mudah dimengerti serta memberikan contoh konkret dalam kehidupan nyata.

Seperti, apabila terdapat seseorang mulai mengolok-olok proses pubertas dengan sebuah candaan, maka ada hal yang bisa dilakukan, yaitu dengan menyampaikan kalimat edukatif atau sarkas (jika ingin). Selain itu, contoh lain adalah ketika stigma-stigma tampon atau menstrual cup dapat merusak keperawanan atau elastisitas vagina. Dalam buku “Girl Stuff” dijelaskan bahwa kedua benda tersebut tidak akan mengubah bentuk vagina, kecuali kegiatan berhubungan badan.

Buku tersebut juga sekaligus memaparkan kegiatan yang menyenangkan untuk anak yang pubertas, saran film yang asyik, serta hotline nomor telepon apabila anak-anak meminta bantuan jika membutuhkan dokter dalam menangani pubertasnya. Pun, cara menghadapi keluarga yang tidak harmonis atau hubungan pertemanan yang retak. Akan tetapi, uniknya adalah buku ini tidak melulu memosisikan diri sebagai korban. 

Anak-anak yang memiliki emosi kurang stabil justru banyak melakukan kesalahan. Oleh sebab itu, buku “Girl Stuff” mengedukasi cara agar tidak menjadi pem-bully atau melakukan tindakan-tindakan yang merugikan orang lain.

Semakin membaca tiap lembar halaman, semakin berkaca bahwa Indonesia belum memiliki buku edukasi seksual secara eksplisit untuk diajarkan kepada anak-anak. Mengingat hal-hal tersebut masih dianggap tabu sehingga dalam pengajarannya pun tidak maksimal cenderung setengah-setengah.

Baca Juga: Perempuan Cantik Harus Berkulit Putih? No! Bongkar Obsesi Kecantikan di Indonesia

Pendidikan edukasi seksualitas dan reproduksi untuk anak-anak mesti harus dilakukan dan diberi arahan bahwa pendidikan seksualitas dan reproduksi bukanlah pendidikan untuk cara bersetubuh. Melainkan mengenali diri mulai dari organ-organ reproduksi, perubahan bentuk tubuh, emosi, dan kiat-kiat cara agar memiliki hubungan yang bagus dengan orang lain.

Namun, edukasi dalam buku “Girl Stuff”  ini hanya untuk anak-anak saja. Akan tetapi, semakin menekuni per kalimatnya, semakin paham bahwa orang tua sangat berperan penting dalam pertumbuhan anak, karena orang tua adalah aktor utama dalam membangun relasi  dalam rumah tangga.

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Dear Orangtua, Baca ‘Girl Stuff’ untuk Stop Tahu Tabu pada Tubuh Anak Perempuan

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us