Kasus KDRT Cut Intan Nabila: Bukti Perempuan Lebih Rentan Menjadi Korban!

kasus-kdrt-cut-intan-nabila:-bukti-perempuan-lebih-rentan-menjadi-korban!

Mubadalah.id – Kasus KDRT mencuat kembali. Hal pedih ini dialami oleh Cut Intan Nabila, seorang selebgram. Ia mengunggah rekaman video terkait aksi KDRT yang dilakukan oleh suaminya sendiri, Armor Toreador. Video tersebut menjadi viral dan mendapat empati, dukungan, dan doa dari netizen. Tidak hanya Intan yang mendapatkan perlakuan buruk, anak-anak yang tidak bersalah juga menjadi korban akibat perbuatan keji Armor.

Rasa sakit selepas melahirkan caesar, luka jahit yang belum sepenuhnya mengering, bahkan anak ketiga mereka masih belum genap satu bulan. Bertambah lagi peran menyusui dan merawat anak-anak yang menjadikan tubuh perempuan lebih lelah dan terasa sakit. Alih-alih mendapat dukungan dan bantuan, perempuan malah menjadi korban kekerasan.

Netizen dibuat geram dan mengutuk perbuatan keji Armor. Ia dicap sebagai laki-laki yang tidak bersyukur telah mendapatkan istri yang baik nan cantik. Pernikahan yang sampai melahirkan tiga anak juga netizen sayangkan. Karena untuk apa mempertahankan pernikahan yang diwarnai dengan kekerasan hanya demi anak? Padahal anak-anak yang menyaksikan KDRT akan mengalami trauma.

Selebihnya, kita tidak pernah tau apa yang sebenarnya sudah keluarga Cut Intan Nabila alami. Keputusannya untuk speak up adalah sebuah keberanian dan keteguhan yang luar biasa. Sebab, selama ini perempuan korban KDRT sering merasa bahwa menyuarakan permasalahan rumah tangga, sekalipun adalah kekerasan adalah aib. Dari kasus ini, kita menjadi semakin tau betapa perempuan lebih rentan menjadi korban KDRT.

Ketimpangan Relasi

Patriarki melangenggkan kekuasaan laki-laki terhadap perempuan. Perempuan anggapannya hanya sebagai pemuas nafsu belaka. Laki-laki dalam budaya patriarki juga mereka besarkan dengan kewajaran jika melakukan kekerasan. Bahkan nilai-nilai bahwa laki-laki lebih superior atas perempuan diajarkan meski berbuat kesalahan. Sementara perempuan kita ajarkan dengan nilai-nilai kelembutan, patuh terhadap suami dalam kondisi apapun termasuk ketika terjadi KDRT.

Hal ini lah sebab beberapa kasus KDRT, yang akhirnya membuat korban enggan meninggalkan pelaku. Tidak hanya itu, berbagai alasan juga menjadi pertimbangan korban seperti, bertahan demi anak dan menjaga nama baik keluarga, adanya tekanan sosial, keterbatasan akses ekonomi, dan pelaku memanipulasi korban dengan berbagai macam cara.

Perempuan yang menjadi korban KDRT seolah terjerat dalam situasi yang semakin sulit. Keberdayaan dan haknya terbatasi akibat perilaku manipulatif pelaku. Memberi kesempatan dan memaafkan pelaku sama saja mengurung korban ke dalam lingkaran relasi yang toxic.

Pelaku KDRT tidak hanya terbatas pada tindakan kekerasan fisik. Fakta mengejutkan dalam kasus Cut Intan Nabila juga menyatakan bahwa pelaku alias suaminya sendiri sudah sering melakukan KDRT lebih dari 5 kali dari tahun 2020. Itu artinya pelaku selama ini berusaha memengaruhi korban agar percaya bahwa tindakan kekerasan yang ia lakukan adalah hal yang biasa. Yang mengakibatkan korban dapat menerima tindakan kekerasan tanpa melakukan perlawanan atau meninggalkan pelaku.

Islam Sangat Memuliakan Perempuan

Saya ingin mengutip pesan dari Habib Ali Al-Jufri yang tersampaikan melalui postingan Lora Ismael Al-Kholilie di akun Instagramnya. Bahwa seorang lelaki yang pulang kerja dan merasa lelah dan letih, lalu ketika tiba di rumahnya dia lampiaskan semua itu pada istrinya, dan dengan mudah dia main tangan atas istrinya.

Padahal istrinya di rumah juga tak kalah lelah, ketika ditegur dia malah berkelit, ‘agama menjadikan lelaki sebagai pemimpin!’, laki-laki yang seperti itu sama saja dengan teroris. (sama-sama melakukan kekerasan atas nama agama).

Islam adalah agama kasih sayang dan mengajarkan kemaslahatan. Adapun kekerasan terhadap perempuan adalah sebuah tindakan keji dan kejahatan yang sangat biadab. Maka KDRT sangat bertentangan dengan Islam. Sekali lagi, bahwa tidaklah menghormati perempuan kecuali orang yang mulia, dan tidak merendahkan perempuan kecuali orang yang hina.

Tugas kita bersama adalah memastikan tidak ada Cut Intan Nabila atau perempuan-perempuan lain yang harus merasakan kekerasan. Bila kamu seorang perempuan, mulailah dengan memuliakan diri kamu sendiri, menjadi perempuan yang berani dan berdaya.

Jika kamu seorang laki-laki berjanjilah untuk memuliakan perempuan, ialah ibumu, istrimu, putrimu, saudari perempuanmu. Lalu didiklah anak-anak baik laki-laki maupun perempuan agar saling memuliakan. Wallahu A’lam bi ash-Shawab. []

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Kasus KDRT Cut Intan Nabila: Bukti Perempuan Lebih Rentan Menjadi Korban!

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us