Memilih untuk Cut Off: Jahat atau Tidak?

memilih-untuk-cut-off:-jahat-atau-tidak?

Mubadalah.id – Pernahkah kalian mengalami fenomena putus dengan orang-orang? Bukan hanya putus cinta, putus hubungan dengan kekasih hati, tapi juga dengan siapapun, yang pernah menjadi orang terdekat kita. Bagaimana rasanya? Sedih pasti.

Hidup ini seperti sebuah lautan yang luas dan dalam. Di lautan ini, kita menemukan berbagai macam makhluk hidup, ada yang indah, ramah, dan bermanfaat, seperti ikan-ikan dengan berbagai macam jenis, rumput laut, serta terumbu karang yang indah, . Namun, ada pula yang berbahaya, seperti hiu pemangsa, gurita beracun, dan badai laut yang dahsyat.

Begitu juga dengan hubungan antar manusia. Ada hubungan yang membawa ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi kita, seperti persahabatan yang tulus dan penuh pengertian, cinta yang indah dan penuh kasih sayang, serta keluarga yang harmonis dan penuh cinta.

Namun, ada juga yang menimbulkan kekecewaan, kesedihan, atau ketakutan, seperti persahabatan yang penuh kepura-puraan, cinta yang penuh dengan konflik, keluarga yang berantakan dan penuh pertengkaran, atau orang-orang yang senantiasa berbuat jahat.

Oleh karena itu, kita harus bijak dan berhati-hati saat berlayar di lautan kehidupan ini. Ketika kita merasa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat, yang membuat kita merasa tertekan, termanipulasi, atau bahkan terancam, terkadang pilihan terbaik adalah cut off.  Ya, memutuskan hubungan dengan seseorang yang sudah tidak lagi membawa kebaikan dalam hidup kita. Apakah itu jahat? Mari kita bahas.

Memutuskan Hubungan

Banyak orang mengira kalau mutusin hubungan itu jahat, egois, dan gak bertanggung jawab. Mereka bilang kita harus terus-terusan menjaga hubungan, meskipun hubungannya sudah tidak menguntungkan lagi. Tapi, menurut saya, mutusin hubungan itu bukan jahat. Malah, itu bentuk sayang sama diri sendiri, dan juga, sesuai sama ajaran Islam loh.

Kenapa? Karena dalam Islam, kita diajarkan untuk tidak mendzalimi diri sendiri.  “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (QS. Al-Baqarah: 195).  Hubungan yang toxic seperti penyakit yang perlahan-lahan menggerogoti jiwa kita, membuat kita kehilangan rasa percaya diri, dan membuat kita sulit untuk berkembang.

Bayangkan kita seperti tanaman yang ditanam di pot yang terlalu kecil. Kita berusaha tumbuh, merambat, dan berkembang, tapi pot itu membatasi ruang gerak kita. Kita jadi terkekang, tak bisa berkembang maksimal, dan akhirnya layu. Begitu juga dengan hubungan yang beracun. Kita terus berusaha memberikan yang terbaik, tapi hubungan itu seperti pot yang terlalu kecil, membatasi kebahagiaan dan perkembangan kita.

Cut off adalah tindakan berani yang memungkinkan kita untuk tumbuh dan berkembang. Dengan memutus lingkaran itu, kita memilih untuk menempatkan diri di tempat yang lebih baik, berhenti membatasi diri, dan berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Jangan Terjebak dalam Hubungan yang Tidak Sehat

Tentu saja, memutuskan hubungan dengan seseorang yang sudah dekat dengan kita bukanlah hal yang mudah. Akan ada rasa sakit, kesedihan, dan mungkin juga rasa bersalah. Tapi, percayalah, rasa sakit ini akan berlalu. Dan, pada akhirnya, kita akan merasa lega dan bebas. So, tidak perlu merasa “gak enakan” kepada orang-orang yang berlaku “seenaknya” pada kita.

“Dasar baper”

“Kekanak-kanakan sekali, cuma begitu saja marah”

“Apa salahku? Tiba-tiba dia menjauh. Padahal aku sudah sangat baik padanya”

Mungkin beberapa dari nyinyiran semacam itu sudah pernah, bahkan sering kita dengar. Dan, itulah saat yang tepat untuk melakukan Cut Off. Cut off bukanlah tindakan yang kekanak-kanakan, melainkan tindakan yang bertanggung jawab.

Kita tidak boleh membiarkan diri kita terjebak dalam hubungan yang tidak sehat hanya karena takut menyakiti orang lain. Kita berhak untuk bahagia, berkembang, dan hidup dalam lingkungan yang positif.

Contohnya, ketika kita menyaksikan kasus KDRT yang dialami oleh beberapa orang, lalu korbannya memilih untuk berpisah. Apakah kemudian ia menjadi jahat? Tidak. Justru, dengan tetap bertahan bersama seseorang yang menyakitinya itu adalah tindakan bodoh dan dzolim. Jika bukan diri kita yang mecintai diri kita sendiri, lalu siapa lagi?

Cut Off Bukan Berarti Jahat

Keep in Mind: cut off itu bukan berarti kita jahat. Itu hanya berarti kita mencintai diri sendiri dan memilih untuk hidup bahagia.  Dalam Islam, mencintai dan menjaga diri sendiri adalah hal yang sangat penting.

Berikut beberapa alasan mengapa cut off bisa menjadi pilihan yang tepat dalam perspektif Islam:

Pertama, menjaga kehormatan dan martabat diri:  Hubungan yang toxic dapat merusak kehormatan dan martabat kita.  Islam mengajarkan kita untuk menjaga kehormatan dan martabat diri.

Kedua, memperoleh ketenangan jiwa:  Hubungan yang toxic dapat membuat kita merasa gelisah, cemas, dan tidak tenang.  Islam mengajarkan kita untuk mencari ketenangan jiwa.

Ketiga, fokus pada ibadah dan kedekatan dengan Allah:  Hubungan yang toxic dapat mengalihkan fokus kita dari ibadah dan kedekatan dengan Allah.  Islam mengajarkan kita untuk memprioritaskan hubungan kita dengan Allah.

Memilih untuk cut off adalah keputusan yang berat. Tapi, jika kita merasa bahwa itu adalah pilihan yang tepat, maka jangan ragu untuk melakukannya. Ingat, kita berhak untuk bahagia dan hidup dalam lingkungan yang sehat dan mendukung, selaras dengan ajaran Islam. []

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Memilih untuk Cut Off: Jahat atau Tidak?

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us