Paus Fransiskus Membasuh Kaki Rakyat Kecil, Meninggalkan Pesan Pluralis

paus-fransiskus-membasuh-kaki-rakyat-kecil,-meninggalkan-pesan-pluralis

Tulisan ini adalah hasil pengamatan saya pada pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus berdasarkan lukisan Denny JA yang mengandung pesan-pesan pluralisme. 

Sebuah harapan untuk setia merawat keberagaman, keadilan dan kesetaraan tampak dalam pendapat banyak orang ketika Paus Fransiskus datang ke Indonesia saat ini.  

Paus Fransiskus datang melawat ke Indonesia (3-6/09/2024). Beragam rangkaian kegiatan telah direncanakan dalam menyambut lawatan Paus Fransiskus di bumi pertiwi. Tak terkecuali yang dilakukan oleh Denny Januar Ali atau Denny JA. Denny JA menyambut lawatannya dengan menorehkan pesan-pesan pluralis dalam bentuk lukisan.

Denny JA, bukanlah penganut iman Kristiani, namun goresan lukisannya menyampaikan kesadaran pluralis. Pesan-pesan pluralisme ini akan dipamerkan dalam pameran lukisan Denny JA sebagai rangkaian Acara Festival Toleransi di Galeri Nasional (2-4/09/2024). Ada berbagai pesan-pesan keberagaman yang tertuang dalam karyanya.

Dalam lukisan, terlihat Paus sedang membasuh kaki seorang kaum papa di halaman masjid, ini menjadi sangat otentik. Upacara ini pun disaksikan oleh kalangan lintas agama dan iman. Tampak ada keheningan mendalam pada lukisan tersebut.

Baca Juga: 3 Film Ini Ajak Kita Refleksikan Soal Toleransi Beragama di Indonesia

“Lukisan saya ini menggambarkan dua hal yang paling menonjol dari Paus Fransiskus, pertama perhatian paus terhadap rakyat kecil, mereka yang terpinggirkan. Kedua, perhatian Paus terhadap toleransi agama,” demikian dijelaskan Denny JA kepada wartawan

Denny JA membuat lukisan dengan bantuan asisten Artificial Intelligence (AI). Melukis dengan AI saja sudah menjelaskan arti keberagaman. 

Sebenarnya ketika melihat lukisan ini, saya seperti sedang membaca surat, teks, kata, dan untaian kalimat, satu persatu lompat jumpalitan dan berhamburan di dalam pikiran. Lukisan-lukisan tersebut ibarat goresan pena. Saya pun melihat lukisannya seperti membaca surat personal Denny JA yang dialamatkan kepada Paus Fransiskus. Lukisannya menggantikan surat untuk menyampaikan pesan-pesan pluralisnya kepada Paus Fransiskus. 

Pun, dalam lukisan telah menyiratkan harapannya agar Paus Fransiskus turut serta menemui dan melawat anak-anak, perempuan, dan kaum papa yang kurang beruntung di Indonesia. Termasuk menjumpai kalangan lintas agama dan iman di Indonesia.

Pesan pluralisme di dalam lukisannya tampak dengan adanya simbol lintas agama dan iman. Paus mengenakan kain di pundaknya ketika menemui anak-anak di halaman masjid. 

Paus menemui kalangan lintas agama dan iman, difabel, lansia di halaman gereja. Ada laki-laki memakai peci, perempuan berhijab, blangkon, kebaya, dan busana tradisi khas nusantara lainnya. Semuanya menyiratkan pluralitas atau keberagaman yang merupakan sebuah keniscayaan di Indonesia. Itulah rahmat yang telah dimiliki oleh kita sejak zaman nusantara tempo lampau. Beribu pulau, sejarah, tradisi, budaya dan bahasa telah lahir di bumi ini.

Merawat Keberagaman dan Menyemaikan Kesetaraan

Dalam pemaknaan umat Kristiani, ada beberapa penanda atau simbol iman yang sering digunakan. Dari ujung rambut sampai ke telapak kaki. 

Penanda itu adalah kepala dibaptis dan kaki dibasuh. Umumnya air dipercikan di kepala dan kaki dibersihkan. Baptisan menjadi milik personal dari iman pemeluknya, namun kaki yang dibasuh memuat pesan makna universal dan pluralisme. Umat Kristiani mengimani bila sebuah penerimaan akan diri-Nya dimulai melalui baptisan dan biasanya hanya dilakukan satu kali. Sesuai dengan iman dan ajarannya. Namun makna membersihkan dan membasuh kaki merupakan upaya yang dapat dilakukan seumur hidup.

Mengingat tapak kaki adalah awal mula semua cerita perjalanan umat manusia. Telapak kaki adalah jejak peradaban manusia. Kita pun dapat hidup sampai hari ini, karena napak sejarah kaki nenek moyang. Dalam setiap tapak perjalanannya tak ayal manusia mendapati sakit, pedih, pilu, getir, diskriminasi, kekerasan, trauma dan semua tragedi dari sejarah umat manusia. Oleh karenanya ritual membersihkan dan membasuh kaki pun dapat diartikan sebagai makna pemulihan yang dilakukan terus menerus, selama hayat masih dikandung badan.

Dalam kisah di kitab suci tertulis, Yesus membasuh telapak kaki murid-muridnya. Kisah Yesus membasuh kaki murid-muridnya menyiratkan makna kesetaraan agar menjadi teladan bagi seluruh umat manusia. Seperti pesan yang disampaikannya, “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yohannes 13: 15). Keteladanan itu menyuarakan kerelaan untuk melayani dan rendah hati.

Baca Juga: Menggugat Pasal Karet Penodaan Agama, Ini Membuka Jalan Bagi Diskriminasi dan Intoleransi

Lukisan Paus membasuh kaki kaum papa tidak berdaya di Indonesia mengingatkan kita bahwa kerelaan melayani manusia sejatinya tanpa memandang latar belakang, seperti etnis, tradisi, agama, keyakinan, dan lainnya. Karena semua dikenal oleh-Nya. 

Kesadaran pluralisnya juga merefleksikan bila membasuh kaki bukanlah lagi terbatas dalam ritual ajaran Kristiani semata, namun telah mengandung esensi spiritualitas dan makna universal.

Setelah kaki dibasuh, jemari telapaknya kembali bersih, jejak pedih luka lama kita tinggalkan, jauh di belakang, maka kita pun siap mengawali langkah baru. Denny JA telah menyampaikan pesan pluralismenya kepada Paus Fransiskus. Kesadaran pluralisme untuk keberagaman dan kesetaraan.

(sumber foto: Instagram @franciscus/Vatican Media)

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Paus Fransiskus Membasuh Kaki Rakyat Kecil, Meninggalkan Pesan Pluralis

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us