Membangun Kembali yang Dilalap Api

membangun-kembali-yang-dilalap-api

Pralensa (43) tak kuasa menahan emosinya. Dengan mata basah, ia berdiri di area rumah waletnya yang hangus rata dengan tanah akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada Oktober 2023. 

Villager in Forest Fires Area in South Sumatra. © Abriansyah Liberto / Greenpeace
Pralensa, warga Sumatera Selatan, menangis melihat puing-puing rumah burung walet miliknya, setelah kebakaran menghanguskan kawasan lahan gambut tersebut pada Oktober 2023. Rumah burung walet tersebut berada di antara dua konsesi, tempat perusahaan mengeringkan lahan gambut untuk perkebunan pulp dan kertas serta kelapa sawit.
Lahan gambut yang terbakar di Desa Lebung Itam, Sumatera Selatan, pada 27 Oktober 2023. Area yang terbakar berada di antara konsesi PT Bintang Harapan Palma (BHP) dan PT Bumi Mekar Hijau (BMH).

Perumahan walet itu berada di atas lahan yang berbatasan dengan PT Bumi Mekar Hijau (BMH) dan PT Bintang Harapan Palma (BHP) yang saat itu terbakar di Desa Lebung Itam, Kecamatan Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. 

Pria yang akrab dipanggil Jay ini terpukul mendapati hanya puing-puing yang tersisa dari rumah walet miliknya. Sudahlah sesak akibat asap karhutla, ia masih harus menanggung kehilangan sumber pendapatan. Jay menaksir, kerugiannya mencapai Rp75 juta. 

Puing-puing rumah burung walet milik Pralensa yang terbakar di Desa Lebung Itam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Rumah burung walet tersebut terletak di antara dua konsesi, tempat perusahaan mengeringkan lahan gambut untuk perkebunan. Greenpeace/Abriansyah Liberto

Namun bagi Jay, perumahan walet itu bukan hanya tempat mencari nafkah. Ia juga sebagai simbol perlawanan dan harapan sebagian warga Desa Lebung Itam. Mereka memperjuangkan tanah seluas kurang lebih 4.700 hektare wilayah kelola warga yang saat ini diklaim sebagai wilayah hak guna usaha (HGU) PT BHP.

Pralensa, warga Sumatera Selatan, menunjukkan peta konsesi PT Bumi Mekar Hijau (BMH) di Desa Lebung Itam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Lahan tersebut berulang kali terbakar karena perusahaan tersebut mengeringkan lahan gambut untuk perkebunan kayu pulp.

Jay bersama sebagian warga Desa Lebung Itam menolak klaim HGU itu karena banyak warga yang bergantung dengan lahan tersebut sebagai tempat berkegiatan–seperti memancing, berkebun, dan memelihara walet. Walhasil, sejumlah warga membangun perumahan walet untuk menunjukkan bahwa area itu bukanlah lahan tidur. 

“Kami membangun rumah walet ini pertama bentuk pertahanan terhadap ancaman perebutan terhadap lahan ruang kehidupan kami. Jadi, kami bikin lagi walaupun dengan susah payah dan tenaga seadanya,” kata Jay.

Kini saban akhir pekan, Jay membangun kembali rumah waletnya yang terbakar–dibantu kerabat dan sebagian tetangga. Memacu perahunya menyusuri parit buatan, ia membawa papan-papan kayu dan peralatan bangunan. 

Pralensa menghabiskan waktu bersama keluarganya sebelum pergi mengumpulkan karet dan membangun kembali rumah waletnya yang terbakar saat kebakaran lahan gambut pada bulan Oktober 2023.
Pralensa mengarahkan perahunya melewati parit untuk mencapai area tempat rumah burung waletnya berada.
Kanal yang memisahkan konsesi PT Bumi Mekar Hijau (kiri) dan wilayah tempat warga desa Lebung Itam beraktivitas sehari-hari (kanan).
Pralensa menarik papan kayu melalui parit untuk membangun kembali rumah waletnya yang terbakar selama kebakaran lahan gambut pada bulan Oktober 2023.
Setelah rumah burung waletnya terbakar dalam kebakaran lahan gambut pada Oktober 2023, Pralensa tengah membangun gedung baru. Ini merupakan simbol perlawanan terhadap perusahaan-perusahaan yang beroperasi di area tersebut.

Jay sadar langkahnya tidak cukup hanya dengan membangun kembali. Demi ‘menegur’ korporasi agar kejadian serupa tak terulang, ia melayangkan gugatan kabut asap akibat karhutla ke Pengadilan Negeri Kota Palembang, pada akhir Agustus lalu.

Pralensa menatap area konsesi PT Bumi Mekar Hijau, setelah berbicara tentang keputusannya untuk bergabung dalam inisiatif menggugat perusahaan tersebut dan dua korporasi lain karena menyebabkan kabut asap akibat kebakaran lahan gambut.

Cerita dari Pralensa, warga Desa Lebung Itam, OKI, Sumatera Selatan, yang menjadi korban kabut asap serta kebakaran hutan dan lahan gambut. Pria yang akrab disapa Jay ini kehilangan rumah walet miliknya, yang dibangun sebagai simbol perlawanan di antara lokasi dua konsesi perusahaan pulp dan sawit, saat kebakaran melanda area itu pada Oktober 2023. Warga terus menanggung derita kabut asap dan karhutla menahun, karena kerusakan gambut akibat pengeringan oleh perusahaan.

Foto: Abriansyah Liberto

Teks: Abriansyah Liberto, Budiarti Putri, Haris Prabowo

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Membangun Kembali yang Dilalap Api

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us