Mubadalah- Terkadang saya berpikir, bagaimana sebuah brand ternama atau seseorang dengan mudahnya mendapat atensi dari banyak orang. Atau hal lain, bagaimana kita dapat terpengaruh pada sebuah informasi baru yang kadang diragukan kebenarannya.
Pikiran ini saya dapat ketika menemukan beragam bias dalam kehidupan kita. Orang yang dapat mempengaruhi orang lain, mereka punya kemampuan dalam mengontrol kondisi. Bias sendiri dalam KBBI bermakna simpangan atau belokan. Dan bagaimana peran bias dalam kehidupan sehari-hari?
Memahami Bias Kognitif
Dalam tulisan ini kita akan berfokus pada bias kognitif. Hal ini sendiri merupakan kecenderungan mengambil tindakan yang tidak rasional karena adanya keterbatasan kita memahami sesuatu secara objektif. Kondisi ini sifatnya tidak selalu negatif, tetapi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Selain itu juga dapat berpengaruh pada memandang situasi, resiko dan orang lain.
Bias kognitif jadi hal yang tak dapat terpisahkan dalam diri manusia. Hal ini bukan hanya bersifat negatif tetapi juga dapat membantu kita menemukan jawaban dari banyaknya pengalaman yang telah kita lalui. Sebagai manusia yang punya banyak keterbatasan.
Salah satunya pada hal ingatan, membuatnya dapat membantu diri kita. Namun tak kadang memang bias kognitif dapat membuat beragam persepsi pada masyarakat yang terkadang bersifat subjektif.
Walau manusia merupakan makhluk yang rasional, tetapi terkadang pengambilan keputusan yang mereka lakukan tidak terlepas pada bias kognitif ini sendiri. Hal ini terjadi karena yang demikian ini dapat membantu kita dalam pemrosesan informasi berdasarkan pengalaman yang pernah kita lalui sebelumnya. Dan berikut adalah beberapa penyebab;
Penyebab Bias Kognitif
Pertama, kapasitas manusia dalam memproses informasi. Walau menjadi makhluk yang sempurna, manusia juga tak terlepas dari kekurangan seperti dalam mengelola informasi yang kita dapat setiap hari. Kedua, yaitu meliputi emosi, motivasi dan pengaruh sosial. Bias kognitif dapat terjadi dari pengambilan keputusan karena ketiga perasaan ini.
Ketiga, pemikiran heuristik dan jalan pintas mental. Terkadang dalam memikirkan sesuatu kita mengambil keputusan dari pengalaman yang sudah kita dapat sebelumnya. Walau terkadang pengambilan keputusan ini dapat menyebabkan bias kognitif tadi.
Keempat, usia “Lebih banyak makan asam garam”. Kalimat ini mungkin kita sudah kita percaya dari kecil, bahwa seorang yang sudah lebih tua akan lebih banyak pengalamannya ketimbang anak muda. Hal ini memang bukan hal yang salah, tetapi bertambah usia seorang bertambah pula ia mengambil keputusan berdasarkan pandangan ini.
Jenis Bias Kognitif
Pada kenyataannya, kenyataan ini tidak hanya berkonotasi negatif dan selalu salah. Dari adanya bias ini sebenarnya dapat kita manfaatkan untuk beragam hal. Mulai dari proses penyampaian informasi, pemberian motivasi bahkan dalam hal ekonomi. Dan berikut beragam jenisnya;
Pertama, Confirmation Bias: Bias kognitif ini punya peran dalam memberikan konfirmasi, baik setuju ataupun tidak dari adanya kepercayaan kita sebelumnya. Kita cenderung setuju dengan semua hal yang kita percaya tanpa melakukan penilaian yang objektif.
Contohnya, stereotip pada perempuan hanya punya tugas di rumah. Hal ini menyebabkan adanya diskriminasi pada perempuan karena terus melanggengkan stereotip ini.
Kedua, Sunk Cost Fallacy Bias: Melanjutkan apa yang kita mulai adalah hal yang baik, tetapi jika sudah ada kerugian dalam hal tersebut, bagaimana harusnya sikap kita? Berhenti dan lakukan evaluasi dapat jadi salah satu cara jika menghadapi hal ini.
Tetapi, sunk cost fallacy bias ada untuk merusaknya. Kita punya bias kognitif bahwa terus melanjutkan sesuatu yang kita mulai sebelumnya dapat bermakna punya konsistensi. Walaupun kerugian berada tepat di depan mata.
Ketiga, Ostich bias: Menghindari informasi negatif dari sesuatu yang sudah kita percaya sebelumnya. Ostich atau burung unta terkadang menenggelamkan kepalanya dalam tanah sebagai pertahanan diri. Sama halnya dengan bias ini, terkadang kita menghindari informasi negatif dari kepercayaan kita sebelumnya.
Keempat, Anchoring bias: Proses penilaian terhadap suatu hal yang pernah ada dalam memori kita sebelumnya. Pengalaman jadi hal yang berpengaruh. Memang pengalaman adalah guru terbaik, tetapi tak kadang menyebabkan kita bias dalam memandang sesuatu.
Kelima, Secarsity bias: Ketakutan akan tertinggal informasi jadi penyebab secarsity bias. Hal ini sering dimanfaatkan pada marketer untuk mempromosikan produk mereka.
Keenam, Influencer bias: Bias yang kita dapat dari perhatian circle yang sesuai dengan circle tersebut. Bias ini membuat kita percaya bahwa apa yang kita lakukan, pakai, hingga pikiran sama dengan orang lain di luar sana.
Mengontrol Bias Kognitif
Itulah beberapa bias kognitif yang biasanya terjadi dalam kehidupan kita. Sebetulnya kita tidak dapat secara langsung menutup diri dari kondisi bias ini. Nyatanya bias juga dapat membantu kita lebih efisien dalam mengambil keputusan dan bekerja lebih produktif. Walau tidak menutup kemungkinan bahwa keputusan yang kita ambil tidak mendapatkan hasil yang subjektif.
Setelah mengenal bias kognitif dan juga penyebabnya. Alangkah lebih baik kita sebagai individu harus dapat mengelola bias ini. Pengambilan keputusan bukan hal yang mudah dilakukan, tetapi memberikan yang terbaik untuk kehidupan kita adalah menjadi kewajiban. Sebagai seorang praktisi, dengan mengenali bias ini mereka dapat menemukan tempat untuk menggaet pasar lebih banyak.
Dan kalian sebagai penikmat barang maupun hal lainnya kalian harus punya self-protection agar tidak menyebabkan diri ini hedon atau fomo terhadap hal tertentu. Bias kognitif bukanlah hal yang sifatnya negatif dan mengontrol saja. Kemampuan dalam menyadari bahwa terkadang pemikiran kita adalah sebuah bias kognitif perlu kita tingkatkan. Dan menambah pemahaman baru juga salah satu usaha dalam mengurangi pengaruh bias kognitif. []