Oleh: Muchamad Nabil Haroen, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa
Innaa lilLaahi wa innaa ilayhi raaji’uun. Sabtu malam, 21 September 2024, Pukul 22.40 WIB, satu lagi ulama kharismatik, KH. M. Douglas Thoha Yahya berpulang ke hadirat Allah SWT di RS Bhayangkara Kota Kediri. Kepergian Gus Lik atau Pak Lik, demikian masyarakat dan santri-santrinya memanggil KH. M. Douglas Thoha Yahya, bukan hanya kehilangan seorang ulama kharismatik, tetapi juga seperti hilangnya cahaya yang selalu menerangi hati yang gelap.
Sosoknya yang sederhana, yang tidak pernah terpaut pada kemewahan dunia, justru menjadi cermin dari kekayaan batin yang tiada tara. Di balik tubuh yang semakin renta, Gus Lik tetap menyala, penuh semangat, menghidupkan setiap pengajian, menyentuh setiap jiwa yang mendengarnya.
Saya ingin selalu dekat dengan beliau, bukan hanya karena nasehat dan ceramahnya, tetapi karena keteduhan yang beliau pancarkan. Ketika berada di dekatnya, ada kedamaian yang merasuk dalam jiwa, seolah Allah memancarkan rahmat-Nya melalui beliau. Meski kini tubuhnya tak lagi hadir di tengah-tengah kita, jiwa beliau akan selalu ada dalam setiap doa, dalam setiap langkah hidup yang beliau ajarkan.
Bahkan ketika Gus Lik tersenyum atau tertawa kecil di sela ceramahnya, saya merasa seperti disapa oleh kelembutan seorang ayah, seorang guru yang tak hanya memberi ilmu tapi juga cinta. Kharisma beliau tidak pernah memudar, justru semakin dalam saya merasakan ingin selalu berada di sisinya, mendengarkan petuahnya, menyerap ketulusan hatinya.
Kehilangan ini begitu berat, namun saya tahu, jarak antara kita tidak pernah benar-benar jauh. Doa-doa saya akan selalu mengalir untuk beliau, karena di dalam doa itulah saya akan terus merasa dekat dengan Gus Lik. Semoga Allah melapangkan jalan-Nya, menjadikan setiap langkah dan tutur kata beliau sebagai cahaya yang terus menyinari kami yang ditinggalkan.
Di setiap hembusan napas, di setiap lantunan ayat, Gus Lik tetap hidup di hati kami. Al-Fatihah selalu untukmu, Gus. Alfatehah. (*)