Pondok Pesantren sebagai Wadah Belajar Membangun Keluarga Ideal

pondok-pesantren-sebagai-wadah-belajar-membangun-keluarga-ideal

2 min read

Pondok pesantren dikenal sebagai ruang belajar kegamaan yang sangat kompeten dalam mencetak generasi muda-mudi yang berakhlak baik dan mempunyai keilmuan islam yang cukup mumpuni karena di dalamnya para santri diajarkan ilmu keagamaan yang diambil dari berbagai kitab-kitab klasik seperti tafsir, hadis, tasawuf, bahasa Arab dan lain-lain. Di sisi lain, pesantren juga mengajarkan ilmu-ilmu kemasyarakatan kepada para santri karena suatu saat harapannya adalah para santri dapat memberikan kontribusi dalam membangun serta menyebarkan dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat, dengan ilmu agamanya dan dengan ilmu kemasyarakatannya.

Ilmu keagamaan dan kemasyarakatan yang telah di tanamkan kepada para santri dapat menjadi bekal ketika mereka sudah keluar dari pesantren dan mengabdi di masyarakat dan menikah tentunya. Dua pondasi tersebut juga mempunyai peran dalam membentuk keluarga yang ideal. Dalam hal ini ilmu keagamaan mempunyai peran dalam konteks spiritual. Karena dalam membangun keluarga yang sakinah mawadah warohmah, tidak hanya diperlukan materi dan finansial, tetapi kemapanan spiritual juga di butuhkan untuk membangun keluarga yang sakinah.

Dalam al-Qur’an Ar-Rum ayat 21 yang artinya “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jensimu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (QS. Ar-Rum:21)

Menurut Sayyid Quthb yang dimaksud dengan sakinah adalah rasa tentram dan nyaman bagi jiwa dan raga dan kemantapan hati mengalami hidup serta rasa aman dan damai, rasa cinta dan kasih sayang bagi kedua pasangan.  Dapat diartikan keluarga yang sakinah adalah keluarga yang berdasarkan aturan agama yang benar dan dilandasi dengan rasa cinta dan kasih sayang sehingga akan tercipta rasa damai dan bahagia dalam keluarga tersebut.

Ilmu Kemasyarakatan dan Agama

Sebagaimana penulis sebutkan di atas, bahwa selain ilmu agama seperti mengaji al-Qur’an dan kitab kuning, para santri baik laki-laki dan perempuan juga diajarkan beberapa ilmu kemasyarakatan yang akan berguna ketika berkeluarga nanti. Dalam ilmu agama para santri diajarkan beberapa kitab yang memang mempelajari bagaimana hubungan relasi antara suami dan istri, baik itu relasi seksual seperti kitab Fathul Izar dan Qurotul Uyun. Dan relasi non seksual seperti kitab Adabul Islam fi Nidhomil Mar’ah dan Nisau Ahlil Jannah

Selain kitab-kitab klasik para santri juga diajarkan bagaimana berprilaku sebagai suami dan sebagai istri kepada pasangan masing-masing dengan menggunakan perspektif Islam dan tradisi pesantren. Tentunya dengan landasan al-Qur’an dan Hadist dan juga pemberian pemahaman yang kontekstual dari kiai kepada para santri.

Adapun ilmu kemasyarakatan terlihat dari keseharian para santri dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Dalam hal ini para santri diajarkan saling tolong menolong, bahu membahu, dan yang paling penting adalah laki-laki diajarkan untuk mandiri seperti memasak, mencuci baju dan mencuci piring yang mana kegiatan ini menjadi pembelajaran yang efektif untuk membentuk karakter seorang suami yang ideal di mata istri.

Dua ilmu di atas yang telah diajarkan di pesantren dapat menjadi pondasi dasar dalam hidup berumah tangga. Setidaknya keduanya dapat menumbuhkan rasa empati terhadap pasangan. Paling tidak adalah munculnya bentuk saling menghargai antar pasangan.

Menumbuhkan Pondasi Relasi Kesalingan

Secara umum mayoritas masyarakat memahami bahwa pekerjaan rumah tangga adalah tugas seorang istri seperti menyiapkan sarapan, memasak, merapikan, membersihkan rumah, dan menjaga anak. Sedangkan tugas para suami adalah mencari nafkah saja. Padahal, Pondok pesantren tidak pernah mengajarkan pembagian hal tersebut. Sebaliknya, melalui kitab-kitabnya pesantren mengajarkan untuk selalu terbuka dan saling tolong menolong antara sesama pasangan. Selama hal tersebut bisa dikerjakan oleh laki-laki maka kenapa tidak. Selama tidak keluar dari norma-norma rumah tangga dan nilai-nilai keislaman maka tugas perempuan dilakukan oleh laki-laki itu sah-sah saja.

Dua pondasi dasar yang telah dipelajari sekaligus dipraktikan tersebut (kemasyarakatan dan keagamaan) dapat menumbuhkan pondasi relasi kesalingan antara pasangan ketika telah menikah. Kebiasaan yang telah dibangun di pondok dulu membuat suami tidak akan segan-segan untuk membantu istrinya begitupun sebaliknya.

Oleh sebab penulis mengatakan bahwa pondok pesantren tidak hanya dapat mencetak para ahli agama, pendakwah dan lain-lain. tetapi dengan kegiatan yang ada di pondok pesantren serta pelajaran yang diberikan kepada santri setidaknya dapat membangun serta membentuk keluarga yang ideal, atau sakinah, mawadah dan warahmah dalam bingkai agama. Wallahua’lam

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Pondok Pesantren sebagai Wadah Belajar Membangun Keluarga Ideal

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us