Kabar duka datang dari keluarga kecil Jennifer Coppen. Suaminya, Dali Wassink, meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal (18/7/24).
Kepergian almarhum mengundang kesedihan di kalangan netizen. Berbagai platform media sosial dibanjiri ungkapan belasungkawa dan dukungan untuk Jennifer Coppen. Namun, di balik kesedihan itu, muncul pula beragam reaksi dan komentar dari netizen yang menarik untuk dibahas.
Salah satu yang ramai jadi pembicaraan di kalangan netizen adalah istilah best father. Istilah ini muncul dari para fans yang menganggap sosok Dali Wassink sebagai ayah yang baik bagi anaknya.
Dali adalah seorang influencer dengan pengikut lebih dari 2 juta di TikTok. Dalam kontennya, ia sering menunjukkan aktivitasnya bersama anak perempuannya. Mulai dari menyuapi makan, memasak, mengikat rambut sampai berjalan-jalan dengan anaknya.
Dari sebutan best father itu, muncul anggapan lain yang mengatakan kalau itu hal biasa dan tidak perlu diglorifikasi. Dari sinilah perdebatan netizen dimulai. Artikel ini tidak akan membahas mengenai sosok best father ideal yang seperti apa, tapi akan lebih menyoroti istilah best father itu sendiri dari segi munculnya dan juga dengan perspektif gender.
Mungkin konten Papa Dali yang telaten mengasuh anak ini masih dianggap sebagai sebuah hal yang istimewa. Komentar pujian itu sangat banyak saya temukan saat scrolling tentang Papa Dali. Anggapan ini valid karena dalam masyarakat yang masih hidup dalam pembagian peran tradisional, aktivitas yang dilakukan Papa Dali bersama anaknya, adalah hal yang jarang ditemukan dari sosok ayah.
bell hooks dalam bukunya The Will To Change Men, Masculinity and Love (2004) menjelaskan, ketika laki-laki tinggal di rumah untuk melakukan pekerjaan rumah tangga dan membesarkan anak, pengaturan itu masih dipandang sebagai “tidak wajar” oleh sebagian besar pengamat. Alih-alih dipandang melakukan apa yang harus mereka lakukan sebagai orang yang sedang berada dalam hubungan, mereka malah dipandang sangat ksatria. Mengorbankan kekuasaan dan hak istimewa yang mereka miliki sebagai laki-laki pekerja untuk melakukan “pekerjaan perempuan” di dalam rumah.
Etimologi Best Father
Father atau ayah bukanlah hanya sekadar kata yang mengartikan seorang bapak. Dalam perjalanannya istilah father erat dikaitkan dengan berbagai persepsi dengan berbagai tujuan.
Oxford English Dictionary menyebutkan istilah ini umum digunakan pada abad 19 di Amerika. Pada tahun 1800-an, istilah father dikaitkan kepada presiden-presiden Amerika ataupun pemimpin-pemimpin lokal untuk menegaskan otoritas mereka atas masyarakat lokal suku Indian. Suku-suku Indian diasosiasikan sebagai anak, dan penjajah asing adalah “bapak” yang mengayomi.
Francis Paul Prucha dalam bukunya The Great Father: The United States Government and the American Indians membahas mengenai digunakannya istilah great father sebagai istilah diplomatik untuk secara halus menundukkan masyarakat lokal.
Father selain sebagai istilah diplomatik juga sering kali dihubungkan dengan peran. Istilah founding father adalah istilah yang diciptakan untuk menjelaskan sekumpulan pendiri bangsa/negara. Hal ini secara tidak langsung menegaskan peran lelaki dalam pendirian bangsa namun pada saat yang sama menihilkan peran perempuan. Seiring waktu, istilah father berubah-ubah tambahan katanya tapi prinsipnya kurang lebih sama, yakni menegaskan peran lelaki dalam hal tertentu.
Perjalanan waktu membuat ayah membawa peran tertentu yang berbeda-beda sesuai kebutuhan zamannya. Majalah Time pernah membahas hal ini. Menjadi seorang ayah tidak berarti hanya memiliki satu peran sepanjang waktu, hal ini karena makna akan ayah yang baik juga berubah seiring waktu.
Baca juga: Ayah Meninggalkan Ibu dan Kami Semua, Bikin Gangguan Mental dan Trauma yang Sulit Hilang
Pada awal abad ke-20, peran ayah yang baik diasosiasikan sebagai pencari nafkah atau provider keluarga. Namun peran ayah kian berubah seiring waktu karena beberapa faktor seperti pergerakan perempuan dan berubahnya industri. Ayah yang baik, dihargai bukan dari perannya atas ekonomi saja, tapi peran nonekonomi.
Di Amerika sendiri, beberapa pakar menganggap penetapan Hari Ayah yang diperingati setiap tahun adalah pengingat peran ayah dalam ranah domestik. Ini karena perang Vietnam telah banyak menghilangkan ayah dari rumah. Sehingga pada tahun 1972, presiden Richard Nixon meresmikan Hari Ayah sebagai hari nasional.
Pergeseran makna ayah yang baik inilah yang membuat masyarakat memiliki ekspektasi terhadap sosok ayah. Sosok ayah bukan lagi dianggap sebagai peran tunggal untuk pencari nafkah atau urusan ekonomi saja. Namun juga peran domestik seperti mengganti popok, bermain dengan anak hingga memasak. Di sisi lain, orang yang merasa aktivitas itu adalah hal umum yang lumrah dilakukan seorang ayah menganggap semua tindakan ini sekadar aktivitas basic.
Namun di Indonesia, tampaknya pekerjaan domestik yang dikerjakan oleh seorang ayah masih menjadi standar yang sangat tinggi untuk dicapai. Terlihat dari aktivitas papa Dali dengan konten kegiatan domestiknya mendapat perhatian dan sambutan yang sangat tinggi karena hal seperti ini masih jarang ada.
Pengasuhan Anak Bukan Hanya Tugas Ibu
Bagaimanakah peran ayah yang ideal dengan aktivitas domestiknya? Tidak ada pakem pasti akan ayah yang baik pada era modern. Beberapa orang beranggapan bahwa ayah yang baik adalah mereka yang menemani anaknya bermain. Beberapa lain beranggapan ayah yang baik adalah yang mengganti popok dan menyuapi.
Sebuah studi pernah mengungkap bahwasannya ayah yang mengasuh anaknya dengan menjalankan tugas domestik memiliki hubungan yang lebih dekat dengan anaknya dibandingkan ayah yang menemani anaknya bermain. Meskipun begitu hal ini tidak berarti bahwa menemani anak bermain bukanlah hal yang tidak penting.
Membesarkan anak adalah tugas bersama. Dalam peran tradisional, seorang ibu dianggap lebih memahami anaknya karena tugas mengasuh anak dibebankan kepada ibu. Namun, memiliki level pengetahuan yang sama terhadap pengasuhan anak adalah hal yang paling ideal.
Hal ini agar perempuan yang menjadi ibu bisa mempercayakan juga pengasuhan anak kepada suaminya. Sedangkan sang ayah juga mengerti apa yang dibutuhkan anaknya. Pengasuhan anak adalah hal kompleks yang seharusnya dilakukan bersama. Dengan turut sertanya ayah dalam pengasuhan, masalah-masalah yang ada di dalamnya pun menjadi perhatian bersama.
Pengasuhan Maskulinitas Beracun yang Berbahaya
Kehadiran seorang ayah dalam mengasuh anak tentu sangat penting. Namun, yang perlu diperhatikan yaitu kecenderungan ayah untuk mengajarkan anak laki-lakinya secara patriarki. Misalnya, ajaran agar anak laki-laki tidak boleh menangis atau menunjukkan kelemahan emosional lainnya dapat berdampak negatif pada kesehatan mental anak. Atau, menjauhkan anak laki-laki dari aktivitas yang dianggap feminin, seperti memasak atau menjahit, dapat membatasi potensi dan minat anak. Hal ini termasuk dalam kategori maskulinitas beracun.
bell hooks dalam buku yang sama menyebut, karena pengasuhan patriarki tidak mengajarkan anak laki-laki untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata, mereka jadi mudah “meledak”.
Begitu juga ketika ayah yang punya bias patriarki menemukan masalah saat memiliki anak perempuan. bell hooks melakukan banyak percakapan dengan laki-laki yang dalam mengasuh anak perempuan tiba-tiba menemukan diri mereka marah oleh bias patriarki yang tidak mereka sadari atau tidak peduli, sampai saat mereka melihat seksisme mulai mengancam tindakan dan keberadaan putri mereka.
bell hooks menyebut melalui peran orang tua yang penuh kasih partisipatif, laki-laki berani menantang asumsi seksis dan melakukan pekerjaan di rumah yang juga mengundang mereka untuk mempelajari keterampilan relasional. Mereka mempraktikkan teori feminis yang berpendapat bahwa jika laki-laki berpartisipasi secara setara dalam membesarkan anak, mereka akan belajar bagaimana merawat kebutuhan orang lain, termasuk kebutuhan emosional.
Sosok seperti Dali Wassink yang menunjukkan kasih sayang dan keterlibatan aktif dalam pengasuhan anak adalah contoh yang dapat menginspirasi banyak orang. Namun, kita juga perlu terus mendorong perubahan dalam persepsi masyarakat agar peran ayah yang penuh kasih dan partisipatif tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa. Melainkan sebagai bagian alami dari pengasuhan yang seimbang.
Foto: IG Dali Wassink