Joko Widodo | Politik | Prabowo Subianto
FOMOMEDIA – Prabowo digadang-gadang tidak akan manut dengan Jokowi usai dilantik pada Oktober mendatang. Relasi dua sosok tersebut dianggap kian redup.
Hubungan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Presiden Terpilih Prabowo Subianto tampak baik-baik. Kemesraan mereka berdua makin terlihat usai Gibran Rakabuming Raka menjadi wakil presiden terpilih mendampingi Ketua Gerindra itu.
Namun, relasi politik Jokowi dengan Prabowo dianggap bakal meredup usai pelantikan pemerintahan baru pada 20 Oktober 2024. Hal ini disampaikan oleh pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Muradi. Ia meyakini Jokowi bakal mulai ditinggalkan partai-partai pendukungnya.
“Saya yakin betul, pasca 20 Oktober mereka [partai pendukung] akan geser,” kata Muradi, dinukil dari Tempo.
Muradi mengatakan latar belakang Prabowo sebagai militer membentuk kepribadian seorang yang cenderung formal. Prabowo dianggap bakal enggan terus-menerus manut kepada Jokowi.
“Pak Prabowo itu kan orangnya formal banget. Tertib dan formal. Dia tidak akan terus-terusan mendengarkan Pak Jokowi setelah Pak Jokowi tidak lagi Presiden,” ujar Muradi.
Presidential Club Tak Menjamin Jokowi
Salah satu wacana yang sedang mengemuka belakangan ini adalah pembentukan Presidential Club yang mau dibikin oleh Prabowo usai dilantik. Klub ini bakal jadi ajang para mantan presiden berbagi pandangan untuk pemerintahan baru.
Presidential Club digadang-gadang menjadi salah satu wadah supaya relasi Prabowo dan Jokowi bisa terawat. Namun, bukan berarti dengan adanya klub itu, Prabowo bakal mengikuti bekas lawannya di dua kali pilpres.
BACA JUGA:
Apalagi, Prabowo dan Jokowi sendiri memiliki pengalaman pahit di kontestasi Pilpres. Menurut Muradi, pada Pilpres 2014, Prabowo sempat bertemu Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi.
Waktu itu, Prabowo meminta Luhut supaya tidak mendukung Jokowi. Ia ragu dengan kapabilitas Jokowi memimpin Indonesia.
“Kekhawatiran banyak orang bahwa beliau akan tetap melakukan upaya intervensi, bukan perkara gampang, tapi mungkin itu akan dilakukan juga,” ujar Muradi.
“Jadi saya bilang, per tanggal 20 Oktober nanti, semua yang kemudian menjadi bagian dari Pak Jokowi akan bergeser. Itu alamiah politik saja,” lanjutnya.
PDIP Sudah Mengingatkan
Selain pernyataan Muradi, sebetulnya PDIP sebagai partai yang mengusung Jokowi menjadi presiden dua periode, sudah mengingatkan. Partai berlogo kepala banteng tersebut pada Februari 2024, memperingatkan Jokowi kalau bisa ditinggal oleh koalisi Prabowo.
“Ini hati-hati, pertanyaannya apakah koalisi besar tadi itu semua kompak ikhlas lahir batin untuk kawal Jokowi?” kata Ketua Bidang Kehormatan PDIP Komarudin Watubun, dikutip dari Kompas.
“Pak Jokowi orang yang saya pernah berjuang sama-sama. Jelek-jelek begini pernah jual mobil untuk perjuangkan dia untuk jadi Gubernur DKI Jakarta. Di tangan saya ini ikut tanda tangan rekomendasi dia jadi Gubernur DKI Jakarta. Waktu itu Pak Taufik (Kiemas) tidak mau. Ini saya masih harap sekali dia jangan terlalu percaya orang-orang ini. Saya khawatir, dia besok kecewa,” lanjutnya.
Lantas, dengan berbagai peringatan itu, akankah Jokowi tetap bisa menjaga relasinya dengan Prabowo?
Penulis: Sunardi
Editor: Safar
Ilustrator: Vito