Belanda | Internasional | Krisis Iklim | Lingkungan
FOMOMEDIA – Para petani di Belanda merasakan dampak krisis iklim. Buah dan sayur yang dipanen tidak memiliki ukuran seperti biasanya.
Krisis iklim telah membawa pengaruh besar dalam kehidupan dewasa ini. Berbagai dampak telah dirasakan oleh banyak orang, termasuk para petani buah dan sayur. Selain gagal panen, buah dan sayur yang ditanam pun tidak bisa memberikan hasil yang maksimal.
Salah satu yang sudah merasakan dampak dari perubahan iklim ini adalah petani di Belanda. Di negara tersebut tak sedikit yang harus mendapatkan panen kurang memuaskan. Baik buah maupun sayur yang dipanen bahkan ada yang menjadi aneh.
Bastiaan Blok (31), salah satu petani di Belanda yang merasakan dampak itu. Ia merasa cuaca yang tidak bersahabat telah membawa malapetaka.
Salah satu yang ditanam oleh Blok adalah bawang bombai. Gara-gara krisis iklim, ia hanya mampu memanen sayuran tersebut sebanyak 111 ribu kilogram. Memang jumlah itu terbilang banyak, tetapi bawang bombai yang dipanennya tersebut hanya berukuran bawang merah.
“Kami mengalami musim semi yang sangat basah dan musim panas yang kering dan hangat, sehingga tanaman tersebut memiliki akar yang sangat kecil,” kata Blok, dinukil dari The Guardian.
Hasil ratusan ribu kilogram bawang bombai yang ditanam Blok memang banyak. Hasil tersebut ia tanam dari lahan seluas 90 hektar di Swifterbant, Flevoland.
Berukuran 40 Milimeter
Blok tak menyangka tanamannya bakal menghasilkan tidak seperti biasanya. Bahkan, menurutnya, bawang bombai yang dipanen berukuran kurang dari 40 milimeter.
BACA JUGA:
Dengan ukuran segitu, maka Blok akan menjual dengan harga murah. Bawang tersebut dianggap tidak cocok dijadikan bahan sayuran.
“Separuhnya berukuran kurang dari 40 milimeter dan biasanya pada ukuran ini tanaman tersebut bahkan tidak diproses. Kami mungkin akan menjualnya dengan harga yang sangat murah untuk biomassa, atau mungkin ke Polandia untuk minyak bawang. Kondisinya terlalu basah dan dingin, atau terlalu hangat dan kering, dan tidak ada periode pertumbuhan normal di antaranya,” ujar Blok.
Gara-gara Krisis Iklim
Blok dan sejumlah petani di Eropa meyakini bahwa gagal panen tersebut berhubungan dengan krisis iklim. Banyak para petani di Benua Biru tersebut mengalami nasib serupa. Mereka banyak menghasilkan buah dan sayur yang “tidak sempurna”.
Namun, meski menghasilkan buah dan sayur yang tidak sempurna, para petani tetap bisa memanfaatkan hasil panennya. Salah satu yang turut berkontribusi yakni adanya skema penggalangan dana bernama No Waste Army.
Dalam penggalangan dana itu, semua buah dan sayur yang dianggap tidak sempurna tetap bisa dimanfaatkan. Mulai dari makanan triwulan, sup, saus, pasta, minuman, dan selai adalah jenis makanan yang bisa dibuat dari buah dan sayuran “tidak sempurna” itu.
Gara-gara skema penggalangan dana ini, bawang bombai Blok akhirnya tetap laku. Setidaknya, hasil panennya tidak menumpuk di gudang saja.
Sementara itu, LTO, serikat petani yang ada di Belanda, melaporkan terdapat 61 persen petani di negara itu yang kehilangan hasil panen karena cuaca ekstrem dan peningkatan penyakit. Fenomena ini lantaran adanya musim gugur, musim dingin, dan musim semi yang paling basah dalam sejarah.
Penulis: Sunardi
Editor: Safar
Ilustrator: Vito