Oleh Reza A.A Wattimena
Seru sekali mengamati drama politik nasional. Orang-orang yang merasa berkuasa saling bertarung. Kerap kali, pikiran mereka kacau. Tindakan mereka pun juga merusak, tidak hanya merusak rakyat yang mereka “pimpin”, tetapi terlebih juga merusak diri mereka sendiri.
Drama politik global pun tak kalah menarik. Dua ideologi kematian kini berbenturan. Perang dunia ketiga siap datang. Jika itu terjadi, kita semua hancur oleh perang nuklir dan beragam bentuk senjata pemusnah massal lainnya.
Bagaimana dengan drama kehidupan pribadi kita? Tentu saja, warnanya tak kalah beragam. Berbagai kejadian tak terduga datang silih berganti. Kerap kali, dalam hidup ini, kita dibuat tercengang oleh berbagai kejutan dan ketidakpastian.
Semua ini hanya drama. Semua ini hanya mimpi. Drama politik nasional, global serta drama hidup pribadi kita tak sungguh nyata. Mereka hanya ilusi, yakni terlihat nyata, tetapi sebenarnya tidak ada.
Hanya Mimpi
Pernahkah anda bermimpi begitu nyata? Tentu saja pernah. Di dalam mimpi, banyak keanehan dan kejutan. Itu semua tak terjelaskan sebab akibatnya. Itu semua hanya mimpi.
Hidup pun juga begitu. Banyak hal tak masuk akal, dan tak bisa sepenuhnya dijelaskan. Ada cerita-cerita yang dirumuskan sebagai penjelasan. Tapi itu pun tak memberikan jawaban yang pasti.
Tak heran, Albert Camus, pemikir Perancis, merumuskan pandangan tentang absurditas hidup di dalam bukunya yang berjudul Le mythe de Sisyphe. Hidup itu, baginya, absurd, yakni tak masuk akal, dan tak terjelaskan. Begitu banyak ketidakadilan terjadi, seolah tak akan berhenti. Di dalam absurditas hidup itu, sebagai manusia, kita justru harus menjalani kehidupan dengan berani dan gembira. Itu juga merupakan bagian dari absurditas hidup itu sendiri.
Saya ingin melanjutkan pandangan Camus. Mengapa hidup itu absurd? Mengapa begitu banyak hal yang tak masuk akal, dan tak terjelaskan? Karena, hidup ini hanyalah mimpi. Mimpi tak harus masuk akal, dan tak harus bisa dijelaskan.
Agama menawarkan cerita. Filsafat dan ilmu pengetahuan menawarkan penjelasan. Sastra memberikan penghiburan. Tetapi, semua itu hanya ragam kemungkinan penjelasan yang penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang pasti di dalam mimpi.
Maka, paling baik, kita berhenti mencari sebab dari satu peristiwa. Kita boleh mendengar analisis dan narasi. Namun, jangan mempercayainya secara buta. Sedikit kecurigaan itu sehat untuk kehidupan.
Di tengah absurditas mimpi bernama kehidupan, apa yang mesti dilakukan? Di tengah drama-drama global, nasional dan pribadi, apa yang sebaiknya dijalankan? Jawabannya sederhana: nikmati itu semua. Jalankan peran yang kita punya sebaik mungkin, sambil jangan lupa untuk menertawakan mimpi yang begitu seru ini.
Bermainlah sebaik mungkin dengan penuh kegembiraan di dalam mimpi kehidupan ini. Istilah bagus untuk itu adalah homo ludens. Manusia, pada dasarnya, juga adalah mahluk yang suka dan perlu bermain. Bermainlah dengan gembira sebaik mungkin di dalam mimpi bernama kehidupan ini.
Empat Dasar
Apa buktinya, jika hidup ini hanya mimpi? Ada empat pandangan. Yang pertama dari neurosains, yakni cabang ilmu pengetahuan yang bersifat lintas keilmuan, guna memahami cara kerja saraf, otak dan kesadaran manusia. Sudah tak lagi terbantahkan, bahwa di dalam kajian neurosains, hidup ini adalah ciptaan dari struktur biologis dan kesadaran kita sebagai manusia.
Warna tak sungguh ada. Bau dan bentuk tak sungguh nyata. Itu semua adalah ciptaan struktur biologis manusia. Dengan kata lain, kenyataan adalah mimpi khas manusia dengan struktur tubuh tertentu.
Dua, fisika kuantum membuka tabir mimpi ini. Kenyataan hanya ada, dan dapat dianalisis, jika diamati. Tanpa adanya, pengamat, yakni manusia dengan struktur biologisnya, kenyataan berubah pola. Ia seolah menjadi tak ada.
Tiga, astrofisika adalah fisika tentang benda-benda antariksa. Ukurannya sangat besar. Satu pandangan yang kini disepakati adalah, bahwa alam semesta ini adalah sebentuk materi gelap (dark matter) yang tak terjelaskan. Planet, bintang dan benda-benda antariksa mengisi alam semesta sekitar 5 persen saja dari keseluruhan alam semesta yang ada, serta terus berkembang.
Empat, tradisi filsafat dan spiritualitas Asia sudah lama mengungkapkan hal yang sama. Dunia ini Maya, yakni sesuatu yang ilusif. Kenyataan, pada hakekatnya, adalah Sunyata, yakni kekosongan tanpa batas. Mengejar ilusi dan mencengkram kekosongan adalah tindakan yang berakar pada kedunguan.
Pada akhirnya, ini semua hanya mimpi. Santai saja. Nikmati berbagai bentuk kejutan yang datang. Nikmati ketidakpastian dan absurditas yang ada…
===
Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/