Kalau kamu anak X atau minimal udah baca artikel VICE minggu lalu, kamu pasti tahu salah satu eskalator mati di Stasiun Bekasi selama berbulan-bulan jadi sorotan. Eskalator ini sebenarnya sudah rusak dari setahun lalu dan berkali-kali dikeluhkan warga secara acak lewat medsos.
Oktober tahun lalu, seorang cewek pengguna KRL yang jengah dengan mangkraknya eskalator ini memutuskan protes tiap hari lewat akun X @pernebangroket. Mega (26), sosok di balik akun tersebut, tak pernah absen posting foto eskalator ini hampir tiap hari buat nunjukin kalau janji perbaikan nihil progress.
Mega yang merupakan pengguna setia KRL untuk pergi-pulang kerja Bekasi-Jakarta Barat juga selalu mencantumkan hari postingannya. Waktu wawancaranya dengan VICE tayang pekan lalu, postingan rutin itu sudah menginjak hari ke-93. Kami sempat bertanya, apakah ide yang terlontar di X agar hari ke-100 dirayakan di stasiun, lengkap dengan karangan bunga, akan benar-benar diselenggarakan?
Poster 100 hari eskalator Stasiun Bekasi buatan @bekasicommuter. Poster dimuat ulang dengan izin.
Waktu menjawabnya. Hari ke-100 yang jatuh kemarin (31/1) seriusan disambut para pengikut protes fasum rusak ini dengan ngadain aksi damai. Mereka betulan menggelar doa 100 hari di depan eskalator Stasiun Bekasi.
Kata Mega yang kami wawancarai lagi hari ini (1/2), acara berlangsung semalam sekitar pukul 20.00 WIB buat ngepasin jam pulang kerja para peserta aksi. Sekitar 20 orang hadir membawa properti karangan bunga, miniatur kuburan, dan cetak foto eskalator berhiaskan tulisan “innalillahi wainnailaihi rajiun”.
Setup karangan bunga di depan eskalator bersejarah. Foto: Mega/@pernebangroket.
Peserta aksi damai kemudian menabur bunga di miniatur kuburan itu. “Beberapa peserta aksi berdoa di eskalator, mendoakan agar DJKA dan pihak terkait lebih baik lagi dalam pelayanan publik, terutama dalam perbaikan eskalator,” kata Mega kepada VICE.
Gerakan ini emang bertumpu di X. Para peserta aksi damai saling berkoordinasi lewat DM, demikian cerita Mega. Akun curhatan warga @txtdrbekasi yang ikut serta dalam aksi mengatakan pada VICE, muncul ide bersama untuk membuat petisi yang dicetak di kertas lalu dibagi-bagikan pada pengguna stasiun tadi malam. Ini nih foto petisinya.
Kertas petisi yang dibagiin pas aksi semalam. Foto oleh @txtdrbekasi, ditayangkan ulang atas izin.
Acara berlangsung singkat. “Biar tidak mengganggu para pengguna lainnya,” jelas Mega. Properti aksi dibeli berkat dana dari donatur. Ada juga donatur yang ngirimin kopi siap minum buat para peserta. Sejumlah pengguna stasiun yang lewat pas aksi berlangsung, ikut motret atau sekadar ngambil kertas petisinya. Seru juga.
Akun @txtdrbekasi yang mendukung Mega sejak awal memulai protes online-nya, mengatakan pada VICE alasan terlibat gerakan ini. “Tentunya berangkat dari tujuan dibuatnya akun TxtBekasi yaitu menjadi jembatan untuk warga Bekasi, menjadi wadah aspirasi yang mana akan kita kawal bersama,” ujar adminnya.
Alasan lebih personal diutarakan admin akun @bekasicommuter (walau namanya terlihat resmi, ini akun personal, bukan komunitas). BTW, admin dua akun ini turut hadir di acara semalam.
“Kami ikut mendukung gerakan ini karena kami adalah salah satu dari sekian banyak pengguna fasilitas tersebut. Walau masih ada tangga manual, sarana eskalator tersebut sangat berguna oleh orang-orang yang membutuhkan, seperti manula, orang tua yang membawa anak, membawa barang, atau ibu hamil,’“ kata admin @bekasicommuter saat dihubungi VICE.
“Kami juga sering membaca atau mendapat beberapa mention keluhan rusaknya fasilitas ini yang perbaikannya membutuhkan waktu lama, baik di Stasiun Bekasi atau di stasiun lain. Kami melihat Kak Mega yang konsisten dengan twitnya hingga 100 hari, jadi kami berpikir untuk bergabung dan ikut menyuarakan keluhan sesama pengguna. Walau akun kami belum begitu besar, tapi siapa tahu suara/aksi kami mendapatkan perhatian dari pihak terkait untuk bisa mempercepat perbaikan fasilitas tersebut,” imbuhnya.
Tanggapan stasiun
Ketika aksi sudah selesai namun peserta belum bubar, Mega bercerita mereka didatangi enam satpam stasiun. Mereka bertanya siapa koordinator acara. Setelah dijelaskan kalau ini aksi damai dan sudah rampung, sesi itu berujung salam-salaman antara peserta dengan satpam. Tapi tetep sih, peserta aksi titip pesan ke satpam meminta eskalator segera diperbaiki.
Berbarengan dengan acara ini, semalam tagar #100HariWafatnyaEskalator sempat trending di X.
Bunga untuk dibagi-bagikan ke peserta doa eskalator. Foto: Mega/@pernebangroket.
Kopi sumbangan donatur agar semangat aksi walau sudah malam dan capek habis kerja. Foto: Mega/@pernebangroket.
Mega berharap aksi ini dapat membuat pengelola stasiun benar-benar peduli untuk memperbaiki fasilitasnya yang rusak dan menyulitkan konsumen.
“Terima kasih untuk para donatur dan rekan-rekan lainnya yang telah membantu baik secara tenaga maupun dana hingga akhirnya aksi damai ini dapat terlaksana dengan lancar. Semoga gerakan yang kami buat ini sedikit banyak dapat mewakilkan keresahan sesama pengguna KRL dan kami berharap setelah gerakan ini, ke depannya pihak pengelola KRL lebih memperhatikan lagi fasilitas-fasilitas yang dimilikinya.”
Kilas balik ke momen pertama kali Mega memulai postingannya, ia sempat janji akan terus posting sampai eskalatornya berfungsi. Setelah 100 hari, apa tekad itu masih sama?
“Ya, selama aku masih lewat dan menggunakan KRL dari Stasiun Bekasi,” kata Mega.
Dua hari sebelum peringatan 100 hari, Ditjen Perkeratapian (DJKA) Kemenhub yang berwenang atas Stasiun Bekasi sempat ditanyai wartawan Detik kapan sih eskalatornya beres. Kepala Humas DJKA Anggie Dian waktu itu bilang, mereka masih menunggu spare part-nya datang. Well, November tahun lalu DJKA juga menyampaikan jawaban serupa.
Kepada iNews, ada anggota Komisi V DPR RI—yang mengawasi pemerintah melaksanakan undang-undang—turut bersuara. Irwan, nama anggota dewan tersebut, meminta semua eskalator stasiun Jabodetabek diaudit biar ketahuan mana aja yang rusak. Doi juga janji bakal nanyain Kemenhub kalau pas rapat dengar pendapat dengan Komisi V.