Di usianya yang baru 17 tahun, Putri Ariani telah menjadi sensasi musik internasional. Pemirsa dari seluruh dunia jatuh hati pada penampilannya di America’s Got Talent 2023. Video Putri menyanyikan “Loneliness” yang ia ciptakan sendiri segera melambungkan namanya. Di YouTube AGT aja, video itu sudah ditonton 56 juta kali.
Pertunjukan itu sedikit banyak mengubah Putri dari semula penyanyi cover menjadi penyanyi yang lagunya di-cover. Sejak empat tahun lalu Putri rutin meng-cover lagu populer dan mengunggahnya di YouTube. Termasuk lagu-lagu buatan produser musik asal Norwegia, Alan Walker.
Tanpa ia nyana, akhir tahun lalu datang ajakan dari Alan untuk berkolaborasi di calon single barunya. Jadilah “Who I Am” yang dirilis 4 Januari kemarin, menyatukan Alan, Putri, dan penyanyi Norwegia Peder Elias.
“Aku cuma bisa bilang ‘yes’. Ini emang mimpiku!” jawab Putri dalam bahasa Inggris, saat diwawancarai VICE pekan lalu. Wajahnya cerah. Pada 31 Desember kemarin ia baru berulang tahun ke-18.
“Aku udah nge-cover lagu Alan sejak beberapa tahun lalu. Waktu Alan ngirimin demo ‘Who I Am’, aku heboh banget. Rasanya sangat bahagia. Proses pembuatan lagu ini sangat kunikmati, aku benar-benar tersambung dengan liriknya karena lagu ini sangat menggambarkan aku.”
Kebahagiaan Putri makin lengkap. Kolaborasi tiga musisi langganan viral ini langsung menggebrak. Saat ini “Who I Am” telah diputar 10 juta kali di Spotify dan 7,5 juta kali di YouTube.
Putri adalah kasus langka musisi Indonesia yang berhasil menggamit sukses besar setelah kerja keras bertahun-tahun. Ia sudah malang melintang di berbagai kompetisi menyanyi Indonesia sejak 2014. Album perdananya bahkan sudah dirilis 2020 silam, bertajuk Melihat dengan Hati. Putri sudah siap menyambut popularitasnya dengan stok karya dan kematangan.
Berikut obrolan lengkap VICE dengan Putri Ariani dan Alan Walker tentang awal kolaborasi mereka, makna lagu baru ini, serta rasanya jadi musisi ngetop di usia remaja.
Alan dan Putri membicarakan lagu terbaru mereka “Who I Am” dalam wawancara dengan VICE, Januari 2024.
VICE: Hai, Alan! Ceritain dong kapan dan di mana kamu pertama kali ketemu Putri?
Alan: Ketemu di Indonesia waktu kami manggung bareng dan sebelumnya aku udah lihat dia nyanyi cover juga. Waktu itu kami bawain lagu “Hero” bareng [di TikTok Awards Indonesia 2023] dan aku kayak, wow suaranya magis banget. Terus enggak lama setelah manggung bareng itu, aku nanya ke Putri gimana kalau kami bikin lagu bareng dan dia bilang yes. Setelah itu aku punya ide buat ngajak Peder Elias juga, yang baru-baru ini aku kenal. Aku sih mikirnya perpaduan mereka berdua bakal mengejutkan, dan emang hasilnya luar biasa.
“Who I Am” ditulis oleh enam orang termasuk kamu sendiri. Bisa diceritain enggak gimana prosesnya?
Alan: Fakta serunya, drop melody lagu ini diambil dari serial kartun Norwegia tahun 1940-an, judulnya Karius dan Baktus, yang terdengar nenangin banget. Kayak melodi sederhana doang, tapi jadi dasar buat keseluruhan lagu ini. Habis itu bersama lima penulis lain, kami mulai ngerjain liriknya. Awalnya lagu ini diniatin buat penyanyi perempuan. Kemudian kami punya ide gimana kalau dibikin duet dan saat itulah kebayang Putri dan Peder Elias. Aku pikir, kombinasi impian nih.
Hai, Putri! Apa sih makna lirik “Who I Am” buat kamu?
Putri: Buatku, “Who I Am” mendukung kita buat berani jadi diri sendiri, enggak peduli apa kata orang, enggak peduli apa yang terjadi. Kita bisa belajar dari kesalahan masa lalu karena itulah yang bikin kita tumbuh. And this is who I am.
Kalau Alan?
Alan: Seperti melihat ke masa lalu, melihat langkah-langkah yang sudah kita ambil untuk menuju suatu tempat atau langkah-langkah yang kita ambil untuk menjadi diri kita sekarang. Enggak peduli apa kata orang, apa pikiran orang, kita mempertimbangkan dan mendahulukan diri kita dulu. Aku rasa, lagu ini menyampaikan pesan untuk tidak tersandera masa lalu. Semua yang telah terjadi tuh ada alasannya, dan itu semua yang bikin kamu jadi kayak sekarang.
Ngomong-ngomong soal masa lalu, sudah sepuluh tahun sejak Alan merilis lagu pertama. Saat itu usia kamu 18 tahun ya?
Alan: Umurku 16 tahun waktu “Fade” dirilis.
Wow, 16 tahun. Gimana sih cara kamu menghadapi popularitas di usia semuda itu?
Alan: Entahlah. Aku juga masih enggak percaya. Kok bisa ya? “Fade” bener-bener rame, “The Spectre” juga. Lalu “Force”. Lagu-lagu yang aku bikin di usia 16, 17, dan 18 tahun ternyata jadi sangat populer. Tanggapan dari netizen luar biasa. Terus aku mengolah “Fade” jadi lagu “Faded”. Saat itulah semua bener-bener jadi gila banget.
Satu hal penting yang aku pegang, cerna, dan ingat adalah dari mana aku berasal, dan aku harus tetap membumi, tetap sederhana, dan tetap jadi diriku sendiri. Sebenarnya itulah ide dan konsep di balik “Who I Am”. Kamu bisa biarin keadaan mengubahmu dan kamu juga bisa biarin keadaan membuatmu tetap jadi diri sendiri.
Sebelum bikin “Fade”, kamu pernah punya semacam bucket list pencapaian enggak sih?
Alan: Awal aku bermusik, aku tuh enggak punya tujuan apa-apa. Bikin musik karena pengin ngulik aja, murni penasaran gimana cara membuatnya. Terus aku browsing-browsing YouTube tuh, nyari tahu gimana cara bikin musik. Dari sana aku mulai eksperimen seperti waktu aku belajar desain grafis dan programming. Belakangan ketertarikan itu berubah jadi karier, yang sangat bikin aku bahagia karena aku merasa menemukan diri lewat musik.
Kalau Putri gimana?
Tujuanku bermusik adalah ingin membagikan musikku ke seluruh dunia. Aku mau menyebarkan perasaanku, suara hatiku, lewat musik. Aku pikir musik adalah cara yang pas mengekspresikan diri. Lewat musik, aku ingin mengembara ke seluruh dunia.
Putri saat ini siswa di Sekolah Menengah Musik Yogyakarta. Gimana cara kamu menempatkan diri di sekolah ketika kamu sudah punya reputasi internasional?
Rasanya sama saja. Aku mencoba tetap jadi diri sendiri, tetap sederhana. Aku tetap ngobrol dengan teman, dan sering minta bahan pelajaran ke guruku.
Misalnya kamu mengajak Alan dan Peder ke sekolah, kira-kira reaksi teman-teman bakal kayak gimana ya?
Putri: Kayaknya teman-teman dan guru-guruku bakal heboh deh, hahaha. Alan, tahu ga sih, teman-temanku sering banget nyanyiin lagunya [Putri menyanyikan sepenggal lirik “Who I Am”].
Kalau Alan dan Peder beneran ke sekolah, aku juga penasaran sih teman-teman bakal kayak gimana, hahaha.
Gimana tanggapan kalian melihat “Who I Am” diterima baik pendengar Asia?
Alan: Rasanya luar biasa melihat sambutan pendengar Asia dan seluruh dunia. Karena kami bekerja sama dengan Putri, sambutan dari Indonesia terasa sangat berarti. Itu keren banget. Semoga kami bisa ke Indonesia dan bawain langsung lagu ini bareng Putri.
Putri: Kami sangat bersyukur. Aku ingin berterima kasih kepada semua orang yang sudah mendukungku dan menyayangiku apa adanya. Dan ya, kami tidak sabar untuk membawakan langsung lagu ini bersama-sama.