Uang Kuliah Tunggal (UKT) kembali ramai menjadi topik yang didiskusikan oleh masyarakat luas. Belum lama ini, warganet dihebohkan dengan pemberitaan di platform X (Twitter) mengenai Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menawarkan kepada mahasiswanya untuk membayar biaya kuliah via cicilan pinjaman online (pinjol).
Read more: Pinjaman bagi mahasiswa miskin untuk kesetaraan akses pendidikan tinggi
Beberapa akun di platform X membagikan informasi berisi poster detail opsi pembayaran cicilan bulanan untuk kuliah di ITB. Poster tersebut menyebutkan bahwa ITB bekerja sama dengan sebuah platform pinjol, Danacita, sebagai mitra dalam proses pembayaran UKT.
Informasi dalam poster tersebut mencakup opsi cicilan dari 6 sampai 12 bulan. Aplikasi ini memungkinkan pengajuan tanpa uang muka dan tanpa perlu menyediakan jaminan, mirip dengan fitur yang ditawarkan oleh aplikasi pinjaman online pada umumnya.
Read more: Berutang agar bisa kuliah: benarkah pinjol solusinya?
Lantas, apakah pembiayaan UKT menggunakan pinjol ini berpotensi memunculkan masalah baru, khususnya terkait akses masyarakat ke pendidikan tinggi? Dampak apa yang akan ditimbulkan dari penggunaan pinjol untuk membiayai perkuliahan?
Dalam episode SuarAkademia terbaru, kami berdiskusi dengan Ayu Anastasya Rachman (Ayu), Kepala Jurusan Hubungan Internasional, dari Universitas Bina Mandiri Gorontalo.
Di awal, Ayu menyebutkan, dorongan untuk terus memperbaiki kualitas pendidikan dan kepemilikan otonomi penuh, khususnya bagi yang berstatus sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH), membuat pihak universitas pada akhirnya mengambil opsi menaikkan biaya kuliah. Hal inilah yang menjadi akar permasalahan tingginya biaya kuliah, sehingga kerja sama pembiayaan dengan platform pinjol diambil oleh pihak universitas.
Ayu melihat situasi yang sedang ramai diperbincangkan ini sebagai solusi jangka pendek untuk membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan membayar uang kuliah. Ia juga menambahkan, pihak universitas seharusnya menghindari kesan sedang berbisnis dengan mahasiswanya.
Meskipun bentuk kerja sama yang dilakukan ini memungkinkan mahasiswa untuk bisa mengambil pinjaman untuk membiayai kegiatan perkuliahan, masalah-masalah seperti kemungkinan gagal bayar dan tekanan besar untuk segera melunasi pinjaman akan mengakibatkan mahasiswa tidak optimal dalam melangsungkan perkuliahan.
Ayu juga menggarisbawahi pentingnya peran pemerintah untuk terlibat dalam masalah ini dan membantu masyarakat mengakses pendidikan tinggi dengan lebih mudah.
Menurut Ayu, jenis beasiswa yang lebih beragam untuk seluruh kalangan mahasiswa, subsidi universitas untuk bisa menjamin mutu, dan mencari formulasi UKT yang lebih baik akan menjadi solusi yang lebih tepat dan berkelanjutan.
Simak obrolan lengkapnya hanya di SuarAkademia–ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.