Mubadalah Goes to Campus (MGTC) : Upaya untuk Menjadikan Perempuan Madura sebagai Subjek Utuh

mubadalah-goes-to-campus-(mgtc)-:-upaya-untuk-menjadikan-perempuan-madura-sebagai-subjek-utuh

Mubadalah.id – Menjadi perempuan Madura pada hakikatnya selalu dianggap sebagai individu yang posisinya berada di belakang laki-laki dalam berbagai konteks. Masyarakat lokal memandang perempuan Madura sebagai ekor dari seorang laki-laki sehingga dalam segala aspek laki-laki harus diutamakan dan dinomor satukan.

Hal itu terjadi baik dalam konteks keluarga, pendidikan, sosial, ekonomi dan sebagainya. Hal ini sebab pengaruh dari budaya patriarki yang ada di Madura yang memang terus berkembang secara turun-temurun.

Perempuan Madura seolah-olah selalu menjadi objek yang sebagian orang anggap sebagai harta yang bisa laki-laki miliki. Pandangan mengenai perempuan Madura yang menjadi pelengkap dari kehidupan laki-laki menjadikan eksistensi perempuan Madura menjadi terbelakang.

Budaya Patriarki di Madura

Budaya patriarki yang ada di Madura menghambat eksistensi perempuan Madura untuk berkembang sehingga budaya tersebut harus kita lawan dan hentikan. Hal ini agar perempuan Madura memiliki kesempatan yang penuh untuk mengekspresikan kemampuan yang mereka miliki. Selain itu untuk menunjukkan bahwa perempuan Madura mampu berkontribusi dalam dunia pendidikan, sosial, ekonomi dan sebagainya.

Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan Madura, maka akan memberikan keadilan yang hakiki antara laki-laki dan perempuan sehingga tercipta kesetaraan gender di Madura dan menghilangkan diskriminasi perempuan di wilayah Madura.

Diskriminasi pada perempuan Madura menjadi penyebab dalam segala permasalahan yang terjadi di Madura, baik dalam ruang lingkup yang kecil seperti lingkup keluarga sampai kepada lingkup yang lebih besar yang melibatkan masyarakat yang lebih luas.

Saya memandang bahwa permasalahan tersebut umumnya tercipta dari perempuan kepada perempuan lainnya. Seperti cemooh pada perempuan yang tidak kunjung menikah padahal umurnya sudah sampai pada tahap menikah. Termasuk juga kepada perempuan yang sudah menikah dan tidak memiliki anak. Biasanya ia akan sering mendapatkan penghinaan tersebut.

Cemooh dan penghinaan yang merupakan bentuk dari stigma umumnya dilakukan oleh sesama perempuan, seperti dari Ibu kepada anak gadisnya karena tidak kunjung menemukan pasangan, mertua perempuan kepada menantu perempuan karena tidak kunjung mempunyai anak setelah menikah atau tetangga perempuan yang membicarakan tetangga perempuan lainnya karena perilaku dari perempuan tersebut yang seolah-olah tidak pernah benar.

MGTC

Mubadalah Goes to Campus hadir ke Madura dapat menjadi salah satu solusi dari hal tersebut. Gelaran Mubadalah Goes to Campus pada Senin hingga Rabu, 11 s/d 13 September 2024 merupakan kegiatan kerjasama antara IAIN Madura dan Media Mubadalah.id. Harapannya melalui kegiatan ini akan mendorong masyarakat Madura untuk menerapkan prinsip saling bukan paling.

Prinsip saling bukan paling tersebut berupaya untuk menjadikan perempuan Madura sebagai subjek utuh yang memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Maksud dari perempuan sebagai subjek utuh  agar masyarakat Madura tidak lagi memandang perempuan Madura sebagai objek yang menjadi pelengkap laki-laki yang rasa-rasanya perempuan sama seperti harta benda milik laki-laki.

Pemikiran masyarakat Madura yang menjadikan perempuan Madura sebagai barang yang bermanfaat bagi laki-laki. Seperti hanya sebatas pemuas nafsu atau mesin pencetak anak harus terberantas dan terhenti dengan tuntas.

Oleh sebab itu, Mubadalah Goes to Campus hadir untuk memberikan pemahaman dari perspektif yang bersifat keadilan hakiki agar masyarakat khususnya perempuan Madura dapat berperan sebagai subjek utuh yang tugasnya adalah sebagai khalifah fil-ar’dh.

Mubadalah Goes to Campus menekankan pada prinsip saling agar masyarakat tidak lagi menempatkan perempuan Madura pada posisi yang serba salah. Posisi serba salah tersebut hakikatnya akan selalu muncul dan melekat sebab pandangan masyarakat yang memang menganut sistem patriarki.

Masyarakat menganggap upaya-upaya dari perempuan Madura untuk maju dan berkembang seolah-olah ingin bersaing dan menggeser posisi laki-laki. Padahal, baik perempuan atau pun laki-laki memiliki kadar intelektual yang sama sehingga mampu berperan dalam segala hal tanpa berpatokan pada gender.

Maka dari itu, Mubadalah Goes to Campus terus berupaya agar perempuan Madura mendapatkan posisi sebagai subjek utuh. Hal ini agar diskriminasi kepada perempuan Madura terhenti dan tidak tercipta permasalahan-permasalahan yang akan berdampak negatif pada perempuan Madura.  Seperti terputusnya pendidikan, perkawinan anak dan angka perceraian yang tinggi. []

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Mubadalah Goes to Campus (MGTC) : Upaya untuk Menjadikan Perempuan Madura sebagai Subjek Utuh

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us