Indonesia perlu memperkuat peran posyandu untuk mencegah asupan gula berlebih pada bayi

indonesia-perlu-memperkuat-peran-posyandu-untuk-mencegah-asupan-gula-berlebih-pada-bayi
Indonesia perlu memperkuat peran posyandu untuk mencegah asupan gula berlebih pada bayi

Pada April lalu, publik diramaikan dengan laporan investigasi seputar raksasa makanan dan minuman global, Nestle, yang memasukkan gula tambahan di 13 produk sereal bayi untuk pasar utama Indonesia. Tambahan gulanya termasuk tinggi, yakni 3,8 gram (setara satu sendok teh) per porsi dibandingkan negara-negara maju.

Tambahan gula tersebut menjadi alarm nyaring bahwa makanan bayi di Indonesia tak bebas dari risiko gula berlebih. Ini menambah pelik penanganan diabetes anak di Indonesia yang jumlahnya sudah naik 70 kali lipat sejak 2010 hingga awal 2023.

Kelebihan gula berisiko memperparah prevalensi tengkes (stunting) di Indonesia yang saat ini mencapai 21,6%. Prevalensi ini adalah yang tertinggi kedua di ASEAN, setelah Timor Leste.

Pasokan gula berlebih di makanan bayi tidak bisa kita biarkan. Pemerintah, selain mengatur dan mengawasi batasan gula dalam makanan dan minuman bayi serta anak, juga perlu segera memperkuat intervensi di pelayanan kesehatan dasar seperti posyandu.

Posyandu berpotensi menjadi garda terdepan dalam pengawasan nutrisi pada anak. Sebab, posyandu memiliki kader-kader kesehatan di tingkat RW sehingga lebih gampang menjangkau masyarakat secara langsung. Jangkauan ini memungkinkan posyandu memerhatikan kebiasaan masyarakat di tingkat keluarga yang memiliki anak.

Potensi besar posyandu

Posyandu adalah fasilitas kesehatan dasar di tingkat komunitas, khususnya pelayanan ibu dan anak, pertolongan pertama, dan penyakit tak menular.

Biasanya, sekitar tiga sampai lima orang kader dalam satu posyandu melayani sekitar 100 balita dan 700 orang di sekitarnya. Kader posyandu juga menjadi jembatan petugas kesehatan profesional dengan masyarakat.

Per 2019, ada 302.150 posyandu yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan jumlah kader kesehatan melebihi 1.5 juta orang.

Kader-kader posyandu merupakan orang yang ditunjuk langsung oleh pihak desa dan kelurahan untuk memberikan pelayanan dan promosi kesehatan sesuai dengan kondisi komunitas masing-masing. Ini membuat kader posyandu bisa lebih dipercaya oleh masyarakat.

Survei internal organisasi masyarakat sipil bidang kesehatan, 1000 Days Fund (tidak dipublikasi), menunjukan, dari 598 ibu hamil dan anak balita, sebagian besar mengaku rutin memeriksakan kesehatan di posyandu sebanyak tujuh kali selama masa kehamilan. Sekitar 73,6% dari mereka merasakan pentingnya dan mempercayai kemampuan kader-kader posyandu.

Pelatihan untuk penguatan

Pemerintah perlu memberikan dukungan memadai terhadap pelayanan kesehatan oleh jutaan kader posyandu melalui pelatihan.

Pelatihan ini sangat penting karena sekitar 90% kader posyandu tidak terlatih. Dukungan dan pengawasan pemerintah kepada kader posyandu juga sangat minim, padahal mereka sangat membutuhkannya.

Untuk mengawasi pemenuhan nutrisi dan membatasi asupan gula berlebih kepada bayi dan anak, kader posyandu membutuhkan pelatihan pengelolaan posyandu, keterampilan ibu hamil dan ibu menyusui, serta keterampilan bayi dan balita.

Pelatihan para kader juga harus mencakup peningkatan 25 kecakapan dan keterampilan dasar kader kesehatan. Kecakapan ini mengakomodasi seluruh siklus hidup manusia, termasuk bayi dan balita.

Salah satu bukti peningkatan indikator perilaku karena pelatihan adalah tingkat ASI eksklusif pada ibu menyusui. Pelatihan oleh organisasi 1000 Days Fund di daerah intervensi selama 2022-2024, menunjukkan bahwa kader mampu menyalurkan pengetahuan mereka kepada masyarakat. Hasilnya, dalam setahun, tingkat ASI eksklusif meningkat 5,9% pada kuartal pertama tahun 2024 dibandingkan kuartal keempat tahun 2023.

Pengawasan berjenjang

Pemerintah juga harus melaksanakan pengawasan berjenjang untuk memastikan para kader benar-benar mempraktikkan materi pelatihan dalam tugas mereka sehari-hari.

Pengawasan bisa dilakukan melalui pembinaan reguler dan evaluasi berkesinambungan oleh tenaga kesehatan puskesmas. Sistem pengawasan yang baik akan menciptakan umpan balik sehingga kader dapat terus meningkatkan kinerja mereka.

Peningkatan kualitas kader posyandu melalui pelatihan dan pengawasan berjenjang bukan hanya akan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di tingkat akar rumput, tetapi juga secara signifikan akan memperkuat sistem kesehatan nasional. Studi di negara-negara berkembang di Asia hingga Afrika menyebutkan, peran pekerja kesehatan komunitas membantu penanggulangan kasus kesehatan yang spesifik seperti malaria, stunting, HIV/AIDS, diabetes, dan lainnya.

Investasi dalam pelatihan dan pengawasan kader posyandu adalah investasi dalam masa depan kesehatan Indonesia.

Dengan mengedepankan skema pelatihan dan pengawasan yang lebih sistematis, kita bisa mengharapkan peningkatan signifikan dalam kesehatan dan asupan nutrisi bayi serta anak.

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Indonesia perlu memperkuat peran posyandu untuk mencegah asupan gula berlebih pada bayi

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us