Ali Syariati adalah seorang intelektual dan sosiolog Iran yang dikenal dengan kritik tajamnya terhadap kapitalisme dan modernitas Barat. Meskipun pemikirannya berkembang dalam konteks pada abad ke-20, pandangannya tetap relevan untuk memahami dinamika ekonomi digital dan kapitalisme teknologi saat ini.
Dalam era di mana teknologi mendominasi berbagai aspek kehidupan, pemikiran Syariati memberikan wawasan perspektif kritis yang penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi bentuk-bentuk baru eksploitasi dan alienasi yang muncul.
Kapitalisme teknologi mengacu pada sistem ekonomi yang mana teknologi, terutama teknologi digital, menjadi pusat roda penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan dominasi pasar. Dalam sistem ini, perusahaan teknologi besar seperti Google, Apple, Facebook, dan Amazon (GAFA) memiliki pengaruh besar terhadap ekonomi global.
Karakteristik utama kapitalisme teknologi meliputi pengumpulan dan pemanfaatan data besar-besaran, otomatisasi, dan monopoli informasi. Ini menciptakan tantangan baru dalam hal privasi, keamanan, dan keseimbangan kekuasaan ekonomi.
Ekonomi digital telah mengubah cara sesorang bekerja, berkomunikasi, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Dari e-commerce hingga layanan digital, teknologi telah memberikan kenyamanan dan efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Namun, transformasi ini juga membawa dampak sosial yang signifikan. Pekerjaan tradisional digantikan oleh otomatisasi sehingga maraknya seorang pengangguran, sementara pekerjaan baru sering kali tidak menawarkan stabilitas dan perlindungan yang sama. Ekonomi gig, misalnya, menciptakan lapangan kerja fleksibel tetapi juga menimbulkan ketidakpastian dan ketidakamanan bagi pekerjanya.
Eksploitasi dalam kapitalisme teknologi tidak hanya terjadi melalui tenaga kerja murah dan kondisi kerja yang buruk, tetapi juga melalui pemanfaatan data pribadi pengguna tanpa persetujuan yang memadai.
Perusahaan teknologi besar sering memanfaatkan data untuk keuntungan mereka, sering kali tanpa memperhatikan dampak terhadap privasi setiap individu. Selain itu, pekerja dalam rantai pasokan teknologi sering kali bekerja dalam kondisi yang jauh dari layak, dengan upah rendah dan minim sekali dalam perlindungan hak-hak pekerja.
Ali Syariati mengkritik kapitalisme sebagai sistem yang intrinsik eksploitatif, di mana keuntungan dan kepentingan segelintir orang diutamakan di atas kesejahteraan mayoritas. Dalam konteks kapitalisme teknologi, pandangan Syariati ini tetap relevan.
Eksploitasi pekerja dan pengguna teknologi mencerminkan kritik Syariati terhadap ketidakadilan dan penindasan yang melekat dalam sistem kapitalis. Dengan memahami pandangan Syariati, kita bisa mengembangkan perspektif kritis untuk menilai dan menentang praktik eksploitasi dalam ekonomi digital.
Syariati melihat adanya integralisme atau kesatuan pola pikir yang diperlihatkan seseorang yang mempunyai mazhab pemikiran. Kesatuan, keterpaduan, dan harmonisasi pemikiran seseorang yang memiliki mazhab pemikiran menjadi ciri khas totalitas pandangannya.
“Jika seseorang percaya pada mazhab pemikiran, maka kepercayaannya, emosi, jalan hidup, politik, pandangan-pandangan sosial, konsep-konsep intelektual, keagamaan, dan etikanya tidak terpisah, melainkan saling berkaitan. Semuanya itu hidup dengan satu spirit, mewujud secara harmonis dalam satu bentuk… Karena dia memiliki mazhab pemikiran, maka keyakinan-keyakinan politik, ekonomi atau bahkan kesusasteraannya berjalan secara harmonis, selaras dan terpadu. Semuanya ini melahirkan suatu bentuk umum dan bentuk ini disebut mazhab ideologi.”
Sedangkan Alienasi merupakan konsep kunci dalam pemikiran Syariati, yang mengacu pada perasaan terasing dan kehilangan makna yang dialami individu dalam sistem kapitalis. Dalam era digital, alienasi ini dapat dilihat dalam berbagai bentuk.
Pekerja teknologi sering merasa terasing dari hasil kerja mereka, sementara pengguna media sosial bisa merasa terasing dalam interaksi yang didominasi oleh algoritma. Alienasi digital juga muncul dari ketergantungan pada teknologi yang mengurangi interaksi manusiawi, memperdalam perasaan kesepian dan isolasi.
Mengambil inspirasi dari pemikiran Syariati, kita perlu mengembangkan teknologi yang memanusiakan, yaitu teknologi yang berfokus pada kesejahteraan manusia dan bukan sekadar profit, tetapi selayaknya menjadi manusia yang diberikan rahmat akal untuk berpikir tentang dirinya dan kesejahteraan bersama.
Hal ini termasuk menciptakan lingkungan kerja yang adil, menghormati privasi data pengguna, dan memastikan bahwa teknologi digunakan untuk mendukung tujuan-tujuan sosial yang positif serta berimplikasi kebaikan.
Teknologi yang memanusiakan akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera, sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang diusung oleh Syariati seorang intelektualis dan cendekiawan. [AR]