Hj. Siti Raihanun
Mubadalah.id – Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak hanya melahirkan para tokoh laki laki saja, tetapi juga banyak melahirkan tokoh perempuan yang mempunyai peran penting dalam pembangunan pendidikan perempuan di Nusa Tenggara Barat. Salah satunya adalah Hj. Siti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid, sosok perempuan asal Nusa Tenggara Barat yang memiliki berbagai keahlian.
Beliau lahir di kampung Bermi Pancor pada tahun 1952 M, dari seoraang bapak yang bernama TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid dan ibu Hj. Rahmatullah. Ia besar di lingkungan pesantren, karena orang tuanya merupakan pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI), Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) dan Organisasi Nahdlatul Wathan.
Sejak kecil ia sudah belajar dasar-dasar agama di madrasah miilik orang tuanya. Ia menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Muallimat Nahdlatul Wathan Pancor. Di Madrasah ini mempelajari ilmu al-Qur’an, hadits, nahwu, shorof, fikih dan lain sebagainya. Selain itu ia juga menimba ilmu langsung kepada ayahnya baik untuk mengulangi hasil belajarnya maupun menambah pelajaran.
Di samping itu, sebagian waktunya dihabiskan untuk menemani ayahnya dalam berdakwah dan mengembangkan organisasi Nahdlatul Wathan. Kedekatannya dengan sang ayah telah menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan kepeduliannya sejak kecil. Ini juga yang membuatnya memiliki kepedulian yang tinggi akan pentingnya pendidikan dan kesehteraan masyarakat.
Aktif Berorganisasi
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Muallimat ia menikah dengan Drs. H. Lalu Gede Wiresentane, salah seorang murid kesayangan ayahnya. Dari pernikahannya ini, ia dikaruniai 4 orang putra dan 3 orang putri. Salah satu di antaranya adalah Raden Tuan Guru Kiai Haji. Muhammad Zainuddin Atsani (Ketua Umum PBNW 2019-2024). Setelah menikah ia kemudian melanjutkan pendidikannya di IAIN Sunan Ampel.
Jiwa perjuanganya sudah terbentuk sejak kecil, tetapi secara umumnya kita bisa liat dari semenjak keaktifan beliau dalam setiap aktifitas organisasi Nahdlatul Wathan. Berkat kegigihan Hj. Siti Raihanun lah kemudian Lalu Yahya Sakre mengusulkan pembentukan Pengurus Kegiatan Muslimat Nahdlatul Wathan. Beberapa tahun setelahnya kemudian beliau ditunjuk sebagai ketua Pengurus Kegiatan Muslimat Nahdlatul Wathan.
Pada konferensi pertama pengurus wilayah Muslimat Nahdlatul Wathan Nusa Tenggara Barat, beliau terpilih sebagai ketuanya. Pada masa kepemimpinannya ia banyak mengoptimalkan kegiatan Muslimat NW sebagai pionir kegiatan Perempuan dalam organisasi Nahdlatul Wathan.
Setelah wafatnya pendiri Nahdlatul Wathan pada tahun 1997, beliau kemudian menerima amanah sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdalatul Wathan (PBNW) berdasarkan hasil muktamar ke-X yang diselenggarakan pada tanggal 24-26 Juli 1998 di Praya, Lombok Tengah. Muktmar ini yang kemudian menjadi awal konflik internal organisasi Nahdlatul Wathan. Karena ada beberapa peserta muktamar yang berpandangan konservatif dengan tidak mengizinkan perempuan sebagai pemimpin organisasi.
Berperan Memajukan Pendidikan
Beliau menjadi satu satunya perempuan pertama yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PBNW. Meskipun berada di tengah konflik internal organisasi yang sedang bekecamuk, peran pentingnya dalam organisasi sangat signifikan. Salah satu peran penting beliau dalam organisasi Nahdlatul Wathan adalah pesatnya perkembangan lembaga pendidikan dan sosial yang berada di bawah naungan organisasi Nahdlatul Wathan.
Di masa kepemimpinannya terhitung ada sekitar 925 madrasah yang berada di bawah naungan organisasi Nahdlatul Wathan. Di samping itu ia juga berhasil melebarkan kiprah perjuangan Nahdlatul Wathan sebagai organisasi yang turut aktif berperan dalam bidang sosial dakwah dan pendidikan di 18 provinsi Indonesia.
Dari semangatnya dalam membentuk lembaga-lembaga pendidikan dan sosial ini, kita bisa melihat bagaimana peran pentingnya dalam memajukan pendidikan dan kesejahterahan sosial bagi masyarakat.
Hj. Siti Rihanun adalah bukti bahwa seorang perempuan bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk perkembangan masyarakat. Apa yang Hj. Siti Raihanun lakukan adalah bukti bagaimana peran perempuan di ranah publik tidak bisa kita anggap suatu yang remeh. Ia telah membuktikann bahwa perempuan juga memiliki peran dan posisi yang strategis dalam kehidupan masyarakat. []
Abdul Malik Salim Rahmatullah
Ketua Pengurus Perwakilan Nahdlatul Wathan Mesir, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Azhar Kairo. Pernah berkuliah di Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram dengan konsentrasi Sastra Arab