Melihat Keberagaman dalam Perayaan Seren Taun di Cigugur

melihat-keberagaman-dalam-perayaan-seren-taun-di-cigugur
Melihat Keberagaman dalam Perayaan Seren Taun di Cigugur

Mubadalah.id – Beberapa waktu lalu, tepatnya pada 29 Juni 2024 atau tanggal 22 Rayagung 1957 dalam kalender Sunda, saya bersama teman-teman dari Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) berkesempatan untuk mengikuti puncak perayaan Seren Taun di Cigugur, Kuningan.

Ini adalah kali pertama saya mengikuti perayaan Seren Taun. Kesan pertama yang saya rasakan adalah kagum. Kekaguman ini, karena saya melihat antusias masyarakat dari beragam agama tumpah ruah memadati area Paseban Tri Panca Tunggal Cigugur.

Tema dalam perayaan Seren Taun kali ini adalah tentang Wayang Gebang Kinantar. Wayang ini merupakan wayang asli peninggalan Kepangeranan Gebang Kinantar.

Pengambilan tema wayang yang dipilih oleh Masyarakat Adat Karuhun Urang (AKUR) Sunda Wiwitan bukan tanpa alasan. Hal ini karena dalam setiap perayaan Seren Taun selalu mengambil tema yang sangat dekat budaya masyarakat Sunda. Misalnya saja pada tahun kemarin tema yang diangkat adalah soal manuskrip.

Menurut salah satu tokoh Sunda Wiwitan Dewi Kanti, pemilihan tema untuk mengenalkan ke masyarakat luas bahwa Seren Taun bukan sekedar tontonan. Melainkan dapat menjadi tuntunan dan juga sumber ilmu pengetahuan.

“Kata pusaka budaya bukan sekedar seni atau tontonan, kita punya banyak pusaka budaya. Kemudian kami menyadari bahwa seyogyanya pusaka-pusaka ini bukan hanya dijadikan museum. Tapi harus menjadi sumber pengetahuan. Pengetahuan bukan hanya untuk kami, tapi juga untuk masyarakat, untuk Indonesia,” kata Dewi Kanti.

Selain wayang, dalam perayaan Seren Taun, banyak sekali kesenian tradisional Sunda yang di pertontonkan seperti Tari Jamparing Apsari, Tari Purgabaya Gebang, Tari Maung Lugay, dan berbagai macam kesenian lainya.

Keberagaman dalam perayaan Seren Taun

Selain soal tema, yang membuat saya tertarik lainnya adalah berkumpulnya masyarakat dengan beragam agama dan kepercayaan. Mereka seolah menyatu mengikuti rangkaian perayaan ini, tanpa memandang agama, suku, dan ras.

Toleransi begitu kental terasa dalam perayaan ini, keluarga masyarakat AKUR Sunda Wiwitan telah menunjukan bahwa seyogyanya kerukunan antar umat beragama harus menghargai satu sama lainya.

Hal ini terlihat ketika pembacaan salam pada saat pembukaan acara, terdengar salam dari berbagai macam agama, pertama diawali dengan Assalamualaikum yang merupakan salam bagi umat Islam. Kemudian Sampurasun yang merupakan salam bagi masyarakat Sunda. Lalu, Shalom, Salam kebajikan, Om Swastiastu yang merupakan salam bagi agama lainya.

Tak hanya dari salam pembuka saja, kerukunan antar umat beragama dalam perayaan ini dapat dilihat dari antusias masyarakat dalam mengikuti acara ini.

Peran Perempuan dalam Perayaan Seren Taun

Dalam Seren Taun kali ini, perhatian saya juga menuju kepada banyaknya perempuan yang memiliki peran dalam memeriahkan perayaan Seren Taun. Perempuan yang terlibat dalam perayaan ini mulai dari anak-anak hingga sudah lanjut usia terlihat sangat antusias. Mereka terlibat dalam peragaan kesenian tradisional Sunda yang dipertontonkan salah satunya adalah Tari Buyung.

Tari Buyung sendiri merupakan kesenian tradisional asli Cigugur. Tari ini diciptakan oleh Ratu Emilia Djatikusumah istri dari Pemuka Adat Sunda Wiwitan yakni Pangeran Djatikusumah. Dalam tari ini, semuanya diperankan oleh perempuan yang membawa kendi di atas kepalanya.

Tari ini melambangkan rasa syukur terhadap sumber daya yang melimpah. Tarian ini juga menggambarkan bahwa dahulu di Cigugur ada sumber mata air yang sangat jernih kemudian mata air tersebut menjadi lambang dari lingkungan di Cigugur yang masih asri.

Selain melambangkan soal air, Tari Buyung ini juga memiliki nilai gotong royong dan sikap saling tolong menolong.

Keterlibatan perempuan berikutnya adalah pada saat prosesi Ngajayak. Prosesi ini merupakan rangkaian dari prosesi puncak perayaan Seren Taun.

Dalam prosesi Ngajayak, para perempuan yang di dominasi oleh ibu-ibu membawa seserahan sebagai rasa syukur atas berkah yang berlimpah.

Hal yang unik dalam prosesi ini adalah seserahan yang berupa padi, dibawa oleh ibu-ibu. Ini menjadi simbol bahwa ibu merupakan sosok yang sangat sakral dalam alur kehidupan manusia, tanpa ibu kita semua tidak mungkin lahir ke dunia.

Oleh sebab itu, Seren Taun memiliki nilai yang sangat luhur terkait dengan keberagaman budaya, tradisi, kepercayaan dan agama yang ada di Nusantara. Seren Taun juga mempersatukan berbagai macam etnis, kepercayaan, dan berbagai masyarakat dengan beragam latar belakang dalam sebuah perayaan dengan kehangatan dan kedamaian dan keramahan. []

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Melihat Keberagaman dalam Perayaan Seren Taun di Cigugur

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us