Kiai Lurah Noor (ayah Syaikh Baqir al-Jogjawi), Ulama Alim, Arif dan Bijaksana

kiai-lurah-noor-(ayah-syaikh-baqir-al-jogjawi),-ulama-alim,-arif-dan-bijaksana
Kiai Lurah Noor (ayah Syaikh Baqir al-Jogjawi), Ulama Alim, Arif dan Bijaksana

Oleh : Amirul Ulum

Kiai Muhammad Nur (Lurah Noor) merupakan Hoofd Penghulu Hakim Yogyakarta yang dikenal alim, arif dan bijaksana. Ia disegani banyak kalangan, baik agamawan, bangsawan, maupun rakyat biasa. Keturunannya banyak menjadi ulama berpengaruh, di antaranya adalah Syaikh Baqir al-Jogjawi, Kiai Humam, Kiai Hanad, Kiai Maklum, dan Syaikhah Zainab.

Ketika Kiai Ahmad Dahlan hendak mengubah arah kiblat langgarnya yang dinilai tidak sesuai dengan ilmu Falak yang dipelajarinya, maka sebelumnya ia sempat memusyawarahkan masalah tersebut dengan guru sekaligus kakak iparnya, Kiai Muhammad Nur. Menanggapi usulan tersebut, Kiai Nur berharap agar disampaikan dengan jalan yang hikmah dan bijaksana sebagaimana perintah dan anjuran al-Qur’an dalam berdakwah, yaitu berpedoman pada ayat ud’ũ ilâ sabîli rabbika bilhikmati wal mauidhati al-hasanati wajâdilhum billati hiya ahsan.

Kiai Muhammad Nur memberikan saran supaya nanti ketika ada hari besar Islam seperti Nishfu Sya’ban, Asyura dan Maulid Nabi. Pada saat itu, dikatakan lah kepada para jamaah yang hadir yang jumlahnya begitu banyak, sampai meluber karena tempat yang tidak muat, bahwa langgar tersebut hendak dibangun dengan ukuran yang lebih besar dan kiblatnya akan dibenahi sesuai aturan ilmu Falak. Ditawarkan kepada para jamaah yang hendak investasi untuk negeri akhirat, maka mereka berbondong-bondong menyumbangkan hartanya di jalan Allah.

Kiai Muhammad Nur atau Lurah Nur memang dikenal ulama yang lembut, dalam menyampaikan dakwahnya sehingga ia disegani oleh kaumnya. Langgar Lor yang diasuhnya diserbu banyak kalangan, baik santri kalong yang berasal dari Kauman dan sekitarnya atau santri mukim yang berasal dari luar Yogyakarta atau yang kediamannya jauh dari Langgar Lor.

Kiai Muhammad Nur berpegang teguh dengan ajaran salafus shaleh atau ulama kuno yang dalam pengajarannya memakai kitab klasik Madzhab Syafi’i seperti kitab Taqrib, Fath al-Mu’în dan kitab Ihya Ulũm al-Dîn karya al-Ghazali.

Nama Kiai Muhammad Nur terkenang di hati sanubari jamaahnya, sehingga mereka menamakan halaqah atau pengajian yang diampunya disebut dengan Djami’jjah Noerijjah yang kegiatannya meliputi membaca al-Qur’an dan pendidikan akhlak, ibadah, dan keimanan.

Beli Buku

Ketika Kiai Muhammad Nur wafat, maka kepengasuhan Langgar Lor dipegang oleh putranya yang bernama Kiai Humam. Kiai Humam ini sebagaimana ayahnya yang eksis dalam memegang tradisi salafus shaleh dengan mengikuti Madzhab Syafi’i dan sistem pengajaran sebagaimana metode ulama Nusantara terdahulu, ulama klasik. Dalam kepemimpinannya, Djam’ijjah Noerijjah menjadi semakin maju, jumlah pengikut tetapnya pada tahun 1939 kurang lebih sebanyak 150 dari kaum lelaki dan perempuan.

Meskipun lingkungan Kauman sudah banyak yang bergabung dengan organisasi Muhammadiyah yang tentunya pola dakwahnya ini berbeda dengan dirinya, namun Kiai Humam tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut, karena beda dalam masalah furu’iyyah,  cabang ilmu agama itu merupakan hal yang wajar dalam ajaran Islam selagi tidak saling mengkafirkan sesama Muslim, karena hal tersebut sangat berbahaya dalam kelanggengan akidah Islam.

Tradisi ulama terdahulu seperti tahlilan, yasinan, asyaraqalan masih dilestarikan oleh Kiai Humam. Bahkan ziarah Walisanga bersama jamaah dan santrinya sering ia lakukan untuk mengenalkan kepada mereka tentang jasa Walisanga dalam menyebarkan agama Islam.

Untuk melanjutkan perjuangannya, maka Kiai Humam mengkader putra-putrinya, salah satu yang menonjol, terkenal dengan kealimahannya adalah Syaikhah Zainab. Ia sering membersamai ayahnya saat mengajar, sehingga tidak mengherankan jika ia menjadi sosok yang menonjol dari saudara-saudarinya.

Karena kecerdasan yang tersemat dalam dirinya, maka Syaikhah Zainab pernah ditawari untuk memimpin Aisyiyah, namun tawaran tersebut tidak diterimanya. Ia lebih suka netral dalam berorganisasi, sehingga bisa berbaur dengan banyak kalangan.

Semenjak Langgar Lor dalam kepemimpinan Syaikhah Zainab, nama Langgar Lor yang asalnya bernama Djami’jjah Noerijjah diganti menjadi Ar-Rosyad. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1948 M. Perubahan tidak hanya pada namanya saja, namun bangunannya juga diubah menjadi lebih megah. Dana pembangunan berasal dari para jamaah dan muhibbin. Ia tidak berkenan menerima bantuan dari badan swasta atau pemerintah. Ar-Rosyad ruang lingkupnya lebih khusus ke putri, asrama putri.

Karena sikap Syaikhah Zainab yang netral, maka tidak mengherankan jika kajiannya dihadiri lintas ormas, baik dari kalangan Islam Tradisionalis maupun Islam Modernis. Terlebih dari kalangan Aisyiyah. Banyak siswi Muslimat Muhammadiyah yang belajar di Ar-Rosyad.

Alhamdulillah, saya bersama Lora Utsman bisa berziarah di makam Kiai Lurah Noor, guru sekaligus kakak ipar Kiai Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah). Makamnya ada di samping makam Kiai Ahmad Dahlan. Semoga bisa melanjutkan perjuangan Kiai Lurah Noor dalam berpegang teguh pada ajaran salafus shaleh. Amiin.

Beli Buku

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Kiai Lurah Noor (ayah Syaikh Baqir al-Jogjawi), Ulama Alim, Arif dan Bijaksana

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us