2 min read
Bulan Agustus adalah moment yang dinantikan oleh masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, bulan in menjadi akhir sekaligus tanda bebasnya Indonesia dari penderitaan dan penjajahan yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang selama bertahun-tahun. Selain itu Agustus menjadi awal di mana Indonesia mulai menuju langkah politik dan kenegaraan dan mulai merumuskan konsep, aturan, dan Ideologi dengan memasukkan nilai-nilai keagamaan di dalamnya.
Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan dibacakan oleh presiden Soekarno. Sejak saat itu hingga hari ini masyarakat Indonesia selalu menyambut kemerdekaan dengan berbagai kegiatan yang kreatif, seperti perlombaan, gerak jalan, parade kemerdekaan, dan upacara kemerdekaan. Secara definisi kemerdekaan adalah kebebasan dari penjajahan, penindasan, penghambaan dan sejenisnya. Merdeka juga bermakna tidak tergantung kepada orang atau pihak tertentu.
Membahas tentang kemerdekaan negara tentu saja sudah selesai kisahnya, masyarakat Indonesia hanya tinggal meneruskan dan mempertahankan spirit kemerdekaan tersebut. Namun, yang lebih penting adalah sebagai manusia merdeka, pertanyaannya adalah sudahkah kita menjadi manusia yang merdeka seutuhnya?. Mengutip dari kompas.com menurut Ki Hadjar Dewantara, manusia merdeka adalah manusia yang secara lahiriah dan batiniah tidak bergantung pada orang lain.
Sebagai manusia merdeka tentu kita memiliki tanggung jawab dalam mengemban kemerdekaan tersebut. terdapat tiga tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai manusia merdeka, pertama, tanggung jawab kepada Allah. kedua, tanggung jawab kepada negara. ketiga, tanggung jawab sosial. Selengkapnya baca di sini. https://arrahim.id/niam/tanggung-jawab-sebagai-manusia-merdeka/ untuk menjadi manusia merdeka seutuhnya tiga tanggung jawab tersebut harus dilakukan.
Selain tugas sebagai manusia merdeka secara umum, seorang juga mempunyai tanggung jawab untuk memerdekakan dirinya sendiri agar dapat menjadi manusia merdeka yang seutuhnya secara lahiriyah dan batiniah.
Merdeka dari belenggu hawa nafsu
Kemerdekaan bagi umat Islam tidak hanya tentang perjuangan fisik dalam menghadapi musuh-musuh yang tampak di depan mata, tetapi juga melibatkan medan pertempuran internal yang mendalam. Kadangkala kita masih kalah dengan ego dan ambisi dunia. Hawa nafsu yang membelenggu manusia selalu menimbulkan efek negatif untuk diri sendiri. Sebagaimana dalam al-Qur’an surah Shad ayat 26 yang artinya
“Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilau keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan jangnlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”
Oleh sebab itu, berjihad melawan hawa nafsu merupakan salah satu bentuk kemuliaan dalam Islam. Melawan hawa nafsu masuk pada kategori jihad karena nafsu adalah musuh yang berangkat dari hasutan setan, sehingga melawannya butuh perjuangan yang hebat pula. Perjuangan yang dilakukan dalam melawan hawa nafsu dapat menjadi pondasi yang kokoh dalam membentuk pribadi yang bermanfaat bagi orang lain dan sekitar. Karena dengan terlepas dari hawa nafsu seseorang telah memerdekakan dirinya sendiri dengan dapat mengatasi godaan dunia yang bersifat sementara.
Merdeka dari Kehidupan Dunia
Kemerdekaan ini telah didapatkan ketika Allah meniupkan ruh ke dalam jasad dan jasad tersebut lahir ke dunia maka itulah kemerdekaan. Artinya manusia terlepas dari dimensi rahim yang sempit menuju dimensi dunia yang luas. Lahirnya manusia di dunia merupakan sebuah awal dari kemerdekaan itu sendiri. Namun, Di sisi lain, di dunia kita tidak sepenuhnya merdeka karena masih mempunyai tugas-tugas yang harus dilakukan sebagai makhluk Allah. al-Qur’an Az-Zariyat ayat 56 menyebutkan yang artinya:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-ku”
Di dunia kita diperintahkan untuk beribadah dan melakukan kebajikan lainnya, kita tidak diperbolehkan melakukan setiap perbuatan yang dilarang. Segala macam perbuatan dengan nilai ibadah yang kita lakukan di dunia merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk menuju kemerdekaan. Pada konteks ini kemerdekaan yang dimaksud adalah kehidupan setelah kematian yaitu dunia akhirat. Di sana kita sudah terlepas dari kehidupan dunia yang fana, kita juga akan disuguhkan berbagai kenikamatan sebagaimana dalam QS. Muhammad ayat 15 yang artinya
“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa (adalah bahwa) di dalamnya ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, sungai-sungai air susu yang rasanya tidak berubah, sungai-sungai khamar yang lezat bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah dan ampunan dari Tuhan mereka. (apakah orang yang memperoleh kenikmatan surga) sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga usus mereka terpotong-potong?”
Dengan melaksanakan dua hal di atas seseorang sudah dapat dikategorikan dengan memerdekakan diri sendiri. Selain itu dua hal di atas memiliki relasi yang kuat, karena dengan merdeka dari hawa nafsu seseorang tentu dapat menjadi landasan utama untuk menuju kematian yang husnul khatimah. Setelah itu maka barulah mendapatkan kemerdekaan yang seutuhnya yaitu kemerdekaan dari kehidupan dunia dan kekal di akhirat. Karena pada hakikatnya akhirat adalah puncak kemerdekaan bagi orang-orang yang bertakwa. Wallahua’lam