Laduni.ID, Jakarta – Rasulullah SAW pernah bersabda:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ، قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: ِللهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama itu adalah nasihat. Lalu kami (para sahabat) bertanya: ‘Untuk siapa?’ Beliau menjawab: “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan untuk orang Islam pada umumnya.” (HR. Muslim)
Nasihat (dalam bahasa Arab: Nashihah) berasal dari suku kata kerja nashaha- yanshahu-nashihah, artinya menasihati. Untuk menjabarkan arti nasihat ini, para ulama berbeda pendapat. Sebagian ulama mendefinisikannya dengan menjahit. Apabila dikatakan, “tanashaha ar-rajulu tsaubahu”, artinya seseorang telah menjahit pakaiannya. Seorang penasihat disamakan dengan seorang penjahit kain, karena usaha seorang penasihat untuk menyampaikan fatwa-fatwanya demi kemaslahatan bersama, adalah sama dengan pekerjaan seorang penjahit yang selalu menusukkan jarum dan benang pada kain sasarannya dengan maksud untuk merajut dan mencipta model pakaian yang sesuai dengan kehendaknya atau untuk memperbaiki pakaian yang telah rusak.
Pendapat lainnya mendefinisikan nasihat dengan makna membersihkan. Apabila dikatakan, nashahtu al-‘asala, artinya aku telah membersihkan madu dari malamnya (yang menjadi sarang lebah). Seorang pemberi nasihat hendaknya membersihkan ucapan-ucapan yang dapat menimbulkan tipu muslihat, khianat, dan fitnah. Sebagaimana tukang madu membersihkan madu dari malam yang melekat.