Laduni.ID, Jakarta – Membincang masalah seputar cinta dan percintaan memang tidak akan pernah selesai. Cinta dan percintaan akan selalu hangat dan aktual seiring perkembangan manusia yang kian kompleks dan dramatis. Dalam hal hubungan antar lain jenis, manusia selalu dipertemukan dengan sebuah perasaan yang dianggap cinta dan dipraktikkan secara berlebihan sehingga tidak jarang menerobos batas norma sosial dan agama.
Menurut penjelasan KH. Buya Syakur Yasin dalam sebuah ceramahnya, seyogyanya semua yang ada di dunia ini harus tertakar, ada ukurannya, tidak boleh berlebihan, dan tentu harus dilakukan secara sedang-sedang saja. Begitu pula dalam hal memberikan cinta kepada sesama manusia. Hal ini bukan berkaitan dengan memberi separuh cinta, bukan masalah separuh atau seper berapanya. Tetapi ini soal kadar cinta yang terkendali. Begitupun dengan kebencian, harus juga seimbang dan bisa dikendalikan.
Ketika kita berbicara tentang hakikat cinta, maka harus dikembalikan bahwa tidak ada yang patut kita cintai kecuali Allah. Cinta yang benar adalah cinta kepada Allah. Kalau kita mencintai yang lain selain Allah, maka cinta itu hanyalah refleksi dari cinta kita kepada Allah. Sebab, ketika kita cinta kepada Allah, maka cinta itu dengan sendirinya tentu akan tertakar.
Oleh sebab itulah, ketika cinta kita kepada sesuatu yang merupakan refleksi dari cinta kita kepada Allah, maka semuanya akan terukur. Tetapi, ketika yang kita cintai sudah tidak benar, maka tidak ada urusan lagi dengan Allah. Yang kemudian inilah yang disebut dengan cinta buta. Bagi cinta buta seperti ini, benar atau salah tetap dibela.