Oleh Reza A.A Wattimena
Entah mengapa, hari itu, semua kacau. Begitu banyak peristiwa tak sesuai rencana. Ketenangan rumah diganggu tetangga yang sedang renovasi tanpa henti. Pemasukan ekonomi juga terhambat, karena ada rencana yang gagal.
Yang terparah, kemungkinan, pada waktu itu, saya juga sakit. Saya belum mengunjungi dokter. Namun, ada ancaman penyakit yang sangat nyata. Entah mengapa, hari itu, semua sungguh kacau.
Saya mengamati batin. Ada penderitaan muncul. Rasa marah juga berkunjung. Mengapa kesulitan bertubi-tubi datang begitu saja, tanpa diundang?
Orang Jerman menyebutnya Weltschmerz, yakni ketika ada jurang besar antara harapan dan kenyataan. Saya sudah menulis soal ini beberapa kali. Namun, hal ini terus muncul di dalam hidup saya. Inilah yang disebut sebagai samsara, yakni rantai peristiwa yang berulang dengan pola serupa, karena kekuatan dari kebiasaan.
Harapan bukanlah kenyataan. Harapan adalah sebentuk programming sosial kita, yakni hasil pola asuh dan pola hubungan sosial kita sebelumnya. Harapan bukanlah milik kita, tetapi milik lingkungan sosial kita. Ia bersifat ilusif.
Setelah menyadari harapan sebagai tak nyata, kita kembali ke kenyataan. Kita bersedia memeluk kenyataan. Kata Nietzsche, kita berkata ya pada kehidupan (Ja sagen). Ketika derita datang, kita bersedia menderita. Sikap bersedia menderita justru menghapus derita itu sendiri.
Kita bersama segala rasa yang ada. Kata Osho, kita mengalami, tanpa menamai. Rasa manusia itu luas. Kita mengalami semuanya seutuhnya. Itulah tujuan hidup sebenarnya.
Ada saatnya dada terasa penuh energi. Ada sesuatu yang ingin meledak. Biasanya, kita menyebut itu sebagai rasa marah. Jadilah ruang yang siap menerima marah ketika ia datang, dan siap melepasnya, ketika ia berakhir.
Menurut Gabor Mate, inilah cara terbaik untuk menghadapi beragam rasa dan pikiran yang muncul serta lenyap. Kita menjadi ruang yang luas untuk segala rasa dan pikiran yang ada. Kita menjadi langit luas untuk segala awan emosi dan pikiran yang muncul. Dengan ini semua, kita menjadi manusia kuat, super kuat.
Kita tidak gentar pada penderitaan. Kita tidak gentar pada kekecewaan. Bahkan, kita tak takut pada kematian. Semua keadaan, apapun bentuknya, siap dihadapi dengan sepenuh hati, karena batin kita sudah menjadi luas, tanpa batas.
Zen juga mengajarkan untuk selalu kembali ke saat ini. Kita berakar pada kenyataan disini dan saat ini (here and now). Ada suara apa? Ada sensasi apa di kulit? Sadari dan rasakan sepenuhnya. Kita semakin menjadi manusia yang kuat.
Karena sudah menjadi super kuat, keberanian lalu tumbuh. Keberanian bukan berarti tanpa rasa takut. Keberanian berarti orang mampu melihat keadaan, mempertimbangkan segala unsur yang ada, lalu bertindak untuk menanggapi keadaan itu setepat mungkin. Rasa takut tetap ada, karena itu adalah bagian dari emosi manusia. Namun, kita tak tunduk, apalagi diperbudak, oleh rasa takut.
Ada saatnya, kita mesti berkonflik dengan orang lain. Jika itu diperlukan, kita bersedia melakukannya, tanpa rasa takut. Ada saatnya, kita mesti melawan pemerintah korup. Kita pun melakukannya, bukan karena kebencian, tetapi karena itu sungguh diperlukan untuk kebaikan bersama. Inilah keberanian yang sejati, yakni berani mengambil tindakan, sesuai dengan kebutuhan nyata yang ada.
Hari itu, semua sungguh kacau. Saya mengambil langkah yang tepat, sesuai keadaan. Saya menegur tetangga saya, supaya renovasi tidak terlalu menganggu tetangga lainnya. Saya ke dokter, dan mendapatkan diagnosis sehat sepenuhnya. Saya membuat rencana, guna meningkatkan keadaan finansial saya. Di akhir hari, saya kembali ke saat teduh dalam sadhana, dan beristirahat di malam hari.
Jadi, mari mengembangkan batin seluas mungkin, berakar pada keadaan disini dan saat ini, serta menjadi manusia super kuat yang berani. Latihan terus. Tidak ada kata selesai, ataupun lulus. Ini adalah sebuah jalan hidup yang tercerahkan. Jangan ditunda lagi…
===
Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/