Andai Jokowi Belajar Filsafat…

andai-jokowi-belajar-filsafat…
portraits_of_joko_widodo_by_edwin_huang_dazdsw2-350tGambar Karya Edwin Huang

Oleh Reza A.A Wattimena

Di alam semesta yang lain, Jokowi mendalami filsafat. Ia suka membaca buku. Ia suka berdiskusi tentang hal-hal penting di dalam kehidupan. Ia suka menulis untuk membagikan pemikirannya.

Di alam semesta itu, kita akan lebih tenang. Kita tak perlu merasa marah dan sakit hati di alam semesta kita, seperti sekarang di 22 Agustus 2024. Di cuaca panas, akibat alam rusak, kita tak perlu berdemo melawan penguasa busuk. Di alam semesta itu, kita bisa merasa yakin akan kemajuan bangsa kita.

Andai Jokowi belajar filsafat, ia akan memiliki wawasan luas. Ia bisa melihat segala hal dari beragam sudut pandang yang berbeda. Dari filsafat Yoga Sutra Patanjali di India kuno, Tao Te Ching di Cina kuno sampai Politeia di Yunani kuno, Jokowi akan memiliki visi yang mendalam dan luhur ke depan, tidak hanya untuk Indonesia, tetapi untuk kehidupan dan alam secara keseluruhan. Nurani dan akal sehatnya akan terawat oleh filsafat.

Andai Jokowi belajar filsafat, ia akan memiliki kesadaran sejarah (historisches Bewusstsein). Dari Hegel si pemikir Jerman, Jokowi akan paham, bahwa sejarah adalah penjelmaan roh yang terus bergulir secara dialektis. Ia akan menghargai sejarah. Ia tidak akan mengulangi kesalahan serupa yang sama bodohnya, dan membawa bangsa menuju kehancuran.

Andai Jokowi belajar filsafat, juga belajar dari Hegel, ia akan paham dan menikmati dialektika. Ia akan menikmati perbedaan pendapat sebagai upaya untuk mempertajam gagasan. Ia tidak takut berdiskusi secara terbuka dengan masyarakat luas. Di alam semesta yang lain tersebut, Jokowi siap berdiskusi terbuka tidak hanya dengan Rocky Gerung, tetapi juga dengan Franz Magnis-Suseno. Bahkan, Jokowi akan menjadi penulis tetap di Rumah Filsafat, dimana kesadaran dan akal sehat senantiasa dirawat.

Andai Jokowi belajar filsafat, ia akan menjadi pribadi yang lebih mendalam. Komentarnya akan lebih padat berisi. Logika berpikirnya lebih jernih dan lurus. Belajar dari Aristoteles sang bapak logika, hidupnya tidak dihantui ketakutan akan kehilangan kekuasaan, sehingga sepak terjangnya semakin tidak logis, seperti di alam semesta kita ini.

Andai Jokowi belajar filsafat, ia akan membenci sikap feodal. Ia tidak akan gila hormat. Ia tidak akan haus kuasa dan korup, ketika memegang jabatan. Dari para pemikir republikan, seperti Rousseau, Montesquieu dan Voltaire, Jokowi akan melihat manusia lain sebagai mahluk setara, karena martabat (dignitas) universal yang dipunyai oleh semua manusia.

Andai Jokowi belajar filsafat, ia tidak akan haus kuasa. Belajar dari Nietzsche, dorongan alamiah manusia adalah kehendak untuk berkuasa (Der Wille zur Macht). Jokowi akan menyadari itu, dan mampu menyingkapinya dengan kritis. Badai kekuasaan akan menerpanya, namun ia bisa mengelak, dan bersikap dengan bijak.

Andai Jokowi belajar filsafat, ia akan mampu bersikap kritis pada dunia. Ia tidak minder dengan para pemimpin dunia lainnya, seperti Putin dan Biden. Ia tidak akan membela secara buta kelompok teroris di Timur Tengah, atau menuhankan investor. Ia akan membuat bangsa Indonesia berdikari, yakni berdiri di atas kaki sendiri, seperti mimpi Soekarno.

Andai Jokowi belajar filsafat, ia juga akan mampu bersikap kritis pada dunia. Sebagaimana dinyatakan oleh Immanuel Kant, seorang pemikir Jerman, akal budi manusia tertanam di dalam kesadaran diri (Selbstbewusstsein). Dengan ini, manusia tidak hanya mampu mengamati pikiran maupun perasaannya sendiri, tetapi juga bisa menyadari kesadaran itu sendiri. Jokowi akan lebih mampu mawas diri, dan tidak bersikap ugal-ugalan, seperti di alam semesta kita sekarang ini.

Andai Jokowi belajar filsafat, kebijakannya akan lebih bermutu. Belajar dari Kant tentang penggunaan akal budi secara publik (public use of reason), ia akan menggunakan akal budi secara utuh dan penuh di dalam perumusan kebijakan. Ketika mendapat kritik, ia akan mendengar, dan siap berdialog dengan akal sehat. Ia tidak akan membunuh perbedaan sudut pandang, dan bersikap otoriter.

Andai Jokowi belajar filsafat, ia akan lebih komunikatif. Ia akan belajar dari Jürgen Habermas, bahwa permasalahan di masyarakat majemuk bisa dihadapi dengan tindakan komunikatif (kommunikatives Handeln). Dalam arti ini, komunikasi adalah proses untuk mencapai pemahaman bersama lewat pembicaraan yang bersifat egaliter, rasional dan terbuka. Demokrasi akan jauh lebih sehat, sehingga keadilan dan kemakmuran untuk semua bisa diwujudkan.

Secara keseluruhan, andai Jokowi belajar filsafat, ia akan lebih dewasa. Ada aura kedalaman di cara berpikir dan tindakannya. Ada keberanian dan kesediaan untuk berkorban, bukan untuk keluarga dan kerabatnya semata, tetapi untuk keseluruhan kenyataan. Ada sikap hormat dan rendah hati terhadap keagungan alam dan keluhuran kehidupan.

Andai Jokowi belajar filsafat, di alam semesta yang berbeda, Indonesia sudah mencapai masa emas sekarang ini. Keadilan dan kemakmuran akan dirasakan untuk semua. Kita akan menjadi bangsa dengan akal sehat dan nurani yang jernih. Kita akan menjadi contoh baik bagi berbagai bangsa di dunia.

Kembali ke alam semesta kita. Jokowi tak suka filsafat. Ia cenderung takut pada pemikiran kritis dan terbuka. Ia tak suka membaca, dan tak suka menulis. Ini jelas bertentangan dengan budaya para pendiri bangsa kita. Soekarno, Hatta, Sjahir dan Tan Malaka adalah para filsuf besar dengan wawasan intelektual serta sejarah yang sangat luas. Karya-karya asli mereka masih bisa kita nikmati sekarang ini.

Di alam semesta kita, semua kacau. Politik jorok dan membuat mual. Ekonomi timpang dan berantakan total. Apakah sudah waktunya untuk melawan dengan revolusi baru? Revolusi tak bisa direncanakan. Namun, tak akan ada yang dapat melawan, ketika ia datang.

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Andai Jokowi Belajar Filsafat…

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us