Oleh Reza A.A Wattimena
Kemarin, hujan deras menyirami Jakarta. Saya sedang di luar, dan menikmati siraman itu. Udara begitu sejuk dan segar. Saya merasa begitu bersyukur.
Hari ini, hal yang berlawanan terjadi. Siang hari, cuaca begitu panas. Untuk beberapa keperluan, saya mesti melintasi beberapa jalan besar di Cilincing, Jakarta Utara. Udara begitu kotor, dan cuaca begitu panas.
Ini ditambah dengan puluhan truk raksasa yang melintasi jalan bersama saya. Saya merasa begitu tersiksa. Hari sebelumnya, udara begitu dingin dan segar. Hari ini, di siang hari, udara begitu panas dan menyiksa.
Seluru panca indera saya menyala. Kulit terpengaruh cuaca. Telinga mendengar beragam suara sekitar. Tenggorokan haus dan kering. Mata tersilaukan sinar matahari, sekaligus terkena debu jalanan Jakarta.
Pikiran pun datang bermunculan. Ada penyesalan, karena terjebak di neraka Jakarta. Ada rasa senang dan syukur, karena hujan yang begitu menyegarkan. Semua datang silih berganti, terkadang bercampur aduk.
Bagaimana menyingkapi ini semua? Segala yang terjadi di dalam batin kita adalah tarian dari kesadaran. Ia bukanlah sesuatu yang jahat, atau baik. Ia hanya kesadaran yang sedang bergerak, menari dan nantinya kembali ke titik stabilnya.
Segala bentuk rangsangan panca indera, perasaan dan pikiran itu bagaikan ombak di tepi samudera. Ia bisa keras, dan terus berganti. Ia bisa lembut dan menghanyutkan. Namun, ia hanyalah bagian kecil dari samudera lautan maha luas bernama kesadaran.
Semua yang ada di dalam kenyataan adalah sesuatu yang kosong. Ia bersifat sementara, dan terus berubah. Tak ada yang bisa digenggam. Ia bagaikan mimpi yang ilusif, yakni seolah ada, tetapi tak sungguh ada.
Maka, tak ada yang perlu ditolak. Penderitaan hanyalah tarian kesadaran. Penderitaan hanyalah ombak di tepi samudera. Tak ada yang perlu ditakuti.
Pikiran jahat, termasuk kebencian dan kemarahan, adalah tarian kesadaran. Kecemasan dan ketakutan adalah ekspresi kesadaran. Penyesalan juga hanyalah tarian kesadaran. Sebagaimana semua tarian, ia penuh warna dan gerak.
Kesadaran murni adalah inti batin kita. Ia berada sebelum pikiran dan perasaan. Ia berada sebelum bahasa dan konsep. Kita hanya perlu menyadari kesadaran tersebut, atau merasakan kesadaran yang hidup, dan berdenyut di dalam diri kita itu.
Segala yang muncul di dalam batin kita adalah tarian dari kesadaran murni. Maka, kita hanya perlu mengalami dan menikmati itu semua. Tarian itu penuh gerak dan warna yang amat dinamis. Tarian menjadi indah, justru karena gerak dan warna tersebut.
Jadi, tugas utama kita dalam hidup sebenarnya cukup sederhana: menyadari kesadaran yang hidup di dalam diri kita, dan melihat semuanya sebagai tarian kesadaran, sekaligus ombak di tepi samudera kesadaran yang maha luas…
===
Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/