Indonesia merupakan salah satu negara peserta Perjanjian Paris—kesepakatan global untuk menangani perubahan iklim.
Melihat peluang ini, keterampilan hijau atau green skills menjadi sangat penting dikuasai anak muda Indonesia. Ini untuk memperkuat ketahanan lingkungan dan mendukung pembangunan berkelanjutan dalam berbagai sektor industri negara kita. Cakupan green skills cukup luas, mulai dari teknisi infrastruktur energi terbarukan, analis keberlanjutan, hingga manajer konservasi.
Peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang membutuhkan green skills juga signifikan. Pada 2022, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memproyeksikan kebutuhan tambahan tenaga kerja green Jobs adalah antara 1,8 sampai 4,4 juta orang hingga 2030. Hal ini juga dikonfirmasi oleh LinkedIn dalam Global Green Skills Report 2023 yang juga menyoroti peluang kerja hijau atau green jobs di Indonesia.
Green skills saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendesak di tengah maraknya tuntutan pertumbuhan ekonomi yang menganut prinsip ekologis dan kesejahteraan sosial.
Baca Juga: ‘Ecohorror’, Melihat Kualitas Film Horor yang Eksplorasi Masalah Lingkungan
Selain itu, integrasi kurikulum kemampuan tersebut ke dalam pendidikan juga memiliki peluang. Anak muda dapat mengatasi persoalan lingkungan dan kesejahteraan sosial yang mendukung pembangunan berkelanjutan ramah lingkungan secara menyeluruh.
Mereka tidak hanya diajarkan untuk memahami dampak lingkungan dari tindakan manusia. Tetapi juga merancang solusi berkelanjutan melalui pekerjaan mereka di masa depan.
Anak muda perlu bertindak sebagai motor penggerak transformasi yang menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek kehidupan mereka. Baik di tingkat pribadi maupun profesional.
Dalam Ask the Expert episode kali ini, kami berbincang dengan Gracia Paramitha, dosen hubungan internasional dari FISIP Universitas Indonesia.
Baca Juga: Terganggu Dengan Baliho Pemilu Karena Rusak Lingkungan? Banyak Pohon Dipaku Dan Bikin Sampah
Menurut Gracia, selain perubahan pola pikir, tantangan utama green skills dari sektor energi dan lingkungan adalah dari pendidikan. Akses informasi dan pelatihan keterampilan hijau atau green skills di luar pendidikan formal masih sangat minim.
“Hanya satu di antara delapan juta anak muda yang memang betul-betul menerapkan green skills. Selain itu, masih banyak juga universitas-universitas yang memberikan pendidikan di bidang energi masih berbasis energi kotor. Dengan adanya fakta ini, para akademisi, media, LSM, pemerintah dan swasta punya peran penting untuk mengubah secara masif bagaimana sektor energi terbarukan itu betul-betul hal yang sangat krusial.” ujar Gracia.
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.