Mubadalah.id – Ikatan pernikahan merupakan hal yang sangat agung, hingga Alquran menyebutnya sebagai mitsaqan ghalidza atau perjanjian kokoh yang langsung disaksikan oleh Allah dan Rasul. Sehingga wajib bagi kedua pasangan suami istri untuk menjada dan memperkuat relasi pernikahannya agar tidak mudah goyah atau hancur.
Bagi umat Islam, Nabi Muhammad saw merupakan panutan atau teladan bagi kita semua terutama kaitannya dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Darinya kita dapat belajar bagaimana seorang suami berlaku romantis dengan memanjakan istrinya. Melalui sikap tersebut, Rasulullah saw mampu mempertahankan rumah tangga.
Rasululullah dalam sebuah hadis juga pernah mengatakan, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya.” (HR. Tirmidzi).
Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari kisah rumah tangga Rasulullah dengan istrinya. Pelajaran tersebut bahkan masih relevan dengan kondisi rumah tangga saat ini. Salah satu di antaranya beliau saw mengajarkan bahwa kunci untuk membangun hubungan yang harmonis adalah dengan komunikasi.
Sebagaimana keterangan dalam sebuah hadis: “Dahulu Rasulullah jika berkumpul bersama Sayyidah Aisyah di malam hari maka Rasulullah berbincang-bincang dengan putri Abu Bakar.” (HR. Bukhari).
Waktu Luang Rasul untuk Berbincang dengan Istri
Rasulullah setelah melakukan aktivitas seharian penuh yang kebanyakan untuk melayani umat. Beliau juga suka meluangkan waktunya di malam hari atau waktu senggang lainnya untuk berbincang-bincang dengan istrinya. Meskipun ini sederhana, namun bisa menjadi cara untuk menjaga keharmonisan karena komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam rumah tangga.
Dalam keseharian, Rasulullah tidak pernah malu-malu mengekspresikan cintanya ketika memanggil istrinya. Sebagaimana yang telah masyhur ia memiliki sebutan sayang kepada Aisyah dengan nama indah Humayrah.
Rasulullah juga tidak pernah ragu untuk mengungkapkan cinta kepada istrinya secara verbal. Beliau saw pernah berkata: “Aku diberi rizki berupa rasa cinta kepada istriku.” (HR Muslim).
Hadis ini memberi anjuran untuk mengungkapkan cinta kepada istri. Mengungkapkan rasa cinta kepada istri secara tulus merupakan salah satu cara merekatkan hubungan cinta kasih antara suami dan istri. Yang harus kita perhatikan adalah ungkapan itu memang benar-benar murni dari hati, bukan sekedar kata-kata gombal. Seorang perempuan tentu akan senang jika kita puji dengan kata-kata cinta.
Rasul tak Segan Curhat pada Sang Istri
Di lain sisi Nabi saw menunjukkan bahwa seorang istri memiliki hak untuk mengungkapkan perasaan dan pandangannya. Dalam pernikahannya, banyak sekali contoh di mana saat Rasulullah curhat kepada istrinya terkait dengan persoalan yang tengah ia hadapi. Dengan bercerita kepada istrinya, Nabi Muhammad saw. berharap ada solusi yang ia dapatkan.
Salah satu istri Nabi Muhammad saw. yang sering menjadi teman curhat adalah Sayyidah Ummu Salamah, yang memang terkenal kecerdasannya. Terbukti, Sayyidah Ummu Salamah pernah beberapa kali memberikan pandangannya dan solusi atas persoalan yang menimpa Nabi Muhammad saw. Di antaranya adalah kejadian setelah ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-6 Hijriyah.
Selain komunikasi, dalam kehidupan berumah tangga, saling memberi hadiah antara pasangan suami istri juga dapat mengokohkan rasa cinta antar keduanya. Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 4,
وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً ۚ فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا
Dan berikanlah mas kawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati.
Saling Memberi dan Menerima Hadiah
Jadi, saat seorang istri memberikan sebagian dari mas kawin untuk suaminya, maka tidaklah dilarang bagi suami untuk menerima hadiah dari istrinya tersebut. Dalam sebuah hadis Rasulullah juga menganjurkan untuk menerima dan saling memberi hadiah.
Nabi saw bersabda bahwa saling memberi hadiah merupakan bentuk rasa cinta dan kasih, “Hendaknya kalian saling memberi hadiah niscaya kalian saling mencintai.” (HR. Bukhari)
Dengan saling menerima dan memberi hadiah maka mengingatkan orang akan perhatian dan cinta yang tercurah melalui pemberian. Tidak ada orang yang tidak senang dengan hadiah. Apalagi hadiah ini datang dari pasangannya yang tercinta, seperti berupa tambahan uang belanja.
Terlebih lagi di bulan Muharram ini, ada satu faidah atau amaliah yang Rasul dan salafuna saleh ajarkan, yang bisa kita lakukan yaitu menambah uang belanja untuk keluarga dan saling memberi hadiah. []