Ribut Mendebatkan Queer, Tetapi Pernah Gak Melibatkan Mereka dalam Forum Kamu?

ribut-mendebatkan-queer,-tetapi-pernah-gak-melibatkan-mereka-dalam-forum-kamu?

Di Indonesia, urusan seksualitas seseorang masih saja diributkan. Orang-orang berlomba-lomba membuat forum-forum untuk menunjukkan siapa yang paling benar dalam membicarakan privasi orang lain. 

Namun, apakah pernah setidaknya mengajak komunitas mereka untuk terlibat dan melakukan dialog?

Adalah suatu kebiasaan mayoritas masyarakat Indonesia yang sedang semangat berdebat. Namun kadang masih mengkotak-kotakan seseorang dalam lingkaran salah atau benar. Entah itu membicarakan ras, agama, hingga urusan personal. Namun, dalam beberapa catatan, seringkali masyarakat memandang sesuatu hal dalam satu sisi saja. Sisi yang lain terlupakan atau bahkan seolah-olah tidak ingin tahu dengan hal yang sebenarnya. Intinya, mayoritas dari masyarakat akan mendengarkan apa yang mereka inginkan.

Sama halnya dengan teman-teman yang berasal dari komunitas queer. Berbagai celaan hingga diskriminasi dilontarkan oleh masyarakat atas pilihan mereka. Sulitnya kebebasan berekspresi di tengah-tengah masyarakat heteronormatif menjadikan komunitas queer merasa tidak punya ruang dialog hingga ruang aman untuk mereka. Padahal, mereka berhak menentukan pilihannya sendiri, bukan?

Dengan adanya ruang dialog dan ruang aman untuk para queer adalah suatu hal yang seharusnya ada di lingkungan bermasyarakat. Tetapi kenyataannya nihil. 

Baca Juga: Aku Ingin Merdeka, Bahasa Aksi dan Perjuangan Queer Lepas dari Kolonialisme

“Menurut saya untuk menjadi seorang ally yang baik hal yang paling pertama dan penting untuk dimiliki adalah respect,” ucap seorang anonim (20) yang bersedia diwawancarai oleh Konde.co pada Kamis (04/07/2024).

Menurutnya, ini bisa sesederhana respect dalam melihat dan menerima bahwa teman-teman komunitas queer juga sama seperti manusia biasanya, tidak ada pembedanya. Selain itu, respect terhadap ruang dan komunitas Queer yang benar-benar melibatkan orang-orang queer. 

Seringkali ditemukan orang-orang yang membuka dialog membahas LGBT. Namun belum mengundang komunitas tersebut di dalamnya.

“Bukan bermaksud untuk gatekeeping. Tetapi tidak sedikit cis-het (ally maupun tidak) yang masih sering ‘ikut campur’ dalam isu yang dialami oleh komunitas queer,” ungkapnya.

Berbicara mengenai queer dengan atas nama komunitas Queer dan seakan-akan dirinya adalah queer, tetapi masih belum memahami definisi dan sejarah terhadap Queer itu sendiri. Hal ini yang sering dilakukan cis-hetero dengan definisi-definisi yang kurang tepat. 

Baca Juga: Namaku Sam, Keluarga Sulit Menerimaku karena Aku Queer

Menurut anonim, membela dan mendukung teman-teman queer adalah hal yang baik dan justru diharapkan dilakukan oleh semua orang. Akan tetapi, dengan catatan akan lebih bijak apabila cis-hetero atau ally lebih terbuka dahulu pemikirannya. Juga memiliki keinginan untuk belajar tentang sejarah dan segala hal mengenai Queer.

“Terlebih dahulu, sebelum ikut berbicara tentang isu queer di queer spaces. Bisa itu dari research sendiri atau informasi dari teman-teman queer,” ujar nya. 

Hal ini ia tujukan agar tidak adanya kesimpangsiuran atau menyudutkan komunitas Queer dalam forum-forum yang mereka buat.

Dukungan Lisan Saja Tidak Cukup Untuk Mendukung Komunitas Queer

Salah satu pemerhati queer, Mimzy juga menjelaskan bahwa tidak hanya respect terhadap queer dan melihat mereka sebagai manusia biasa yang penting. Akan  tetapi, penting adanya keselarasan antara lisan, pikiran, nurani, hingga kontribusi yang nyata sebagai bentuk dukungan terhadap queer.

“Aku melihat hari ini masih banyak cis-hetero merasa sudah cukup dengan mempunyai teman queer. Jadi mudah saja untuk menganggap dirinya ally. Padahal, ketika menjadi sekutu untuk teman-teman queer, maka hal itu tidak cukup menjadi lisan saja,” ucap Mimzy (29) kepada Konde.co pada Jumat (05/07/2024).

Mimzy melanjutkan, teman-teman cis-hetero yang mendukung pergerakan queer adalah sebuah proses yang bersifat keberlanjutan, yang melampaui ally (sekutu) dalam berkomitmen menuju pembebasan Queer secara kolektif.

“Penting untuk teman-teman cis-hetero menjadi pendukung karena pendukung (accomplice) sendiri adalah sebuah proses berkelanjutan yang melampaui sekutu (ally) dalam komitmen menuju pembebasan Queer secara kolektif,” sambung Mimzy.

Baca Juga: Air untuk Siapa? Catatan dari World Water Forum 2024 dan Pembubaran People’s Water Forum

Ruang aman untuk komunitas queer merupakan salah satu upaya dan cita-cita yang harus diraih bersama. Kehadiran queer terkadang masih salah ditafsirkan oleh logika biner atau heteronormatif. Sistem neoliberal membuat teman-teman queer bertanggung jawab sendiri untuk mencari ruang aman.

“Menjamin ruang aman sendiri juga perlu dipertanyakan ulang apakah benar-benar memiliki prinsip pendukung atau malah cenderung terjebak di dalam logika “privasi” saja yang cenderung mengisolasi ruang gerak Queer,” lanjut Mimzy.

“Padahal ‘kan seharusnya bisa lho mengupayakan perwujudan ruang aman dan nyaman secara kolektif dan berbasis komunitas, mengingat keberadaan ruang aman masih terbatas dan belum aksesibel untuk semua Queer,” sambung nya.

Perlu diketahui pula untuk menjadi sekutu atau ally dari Queer adalah berkomitmen dengan nyata. Ungkap anonim, ia berbicara jika ingin menjadi ally karena memang 100 persen ingin mendukung teman-teman queer. Seringkali ditemukan oknum-oknum yang mengaku sekutu dengan queer hanya karena banyak mengonsumsi konten Boys Love (BL) atau Girls Love (GL). Namun, di kehidupan nyatanya ia berbanding terbalik dengan konten yang dikonsumsi sebelumnya.

Baca Juga: Maafkan Kami Kawan Queer Muslim, Sekarang Kami Baru Paham Rasanya Lebaran Sendirian

Hal ini sangat sering ditemukan di platform-platform daring, ketika para pengguna akun senang dan menyukai konten-konten LGBTQ, tetapi di kehidupan nyata sangat menentang hal-hal tersebut. Tindakan tersebut bukanlah suatu dukungan, tetapi berupa fetish untuk memenuhi hasrat nafsu semata.

“Dukungan ini juga mencakup lebih dari sekadar telinga yang bersahabat, melampaui dukungan ala kadarnya yang bersifat pasif untuk berdiri teguh dalam regenerasi, memanggil dan meminta pertanggungjawaban orang atas kepasifan mereka dalam retorika yang menindas. Selain itu, penting juga teman-teman untuk bertanya pada diri sendiri ‘apakah kamu bersedia kehilangan elemen privilesemu untuk membantu satu sama lain?’” pungkas Mimzy.

Apabila ingin mendukung Queer sepenuhnya seharusnya mendukung segala bentuk pergerakan Queer. Terkadang, seseorang merasa yakin ia telah mendukung Queer hanya karena mereka adalah kerabat atau teman dekat dari seorang Queer. Hal tersebut tidak bisa diidentifikasikan langsung sebagai “sekutu” atau pendukung Queer. Sebab, untuk mendukung komunitas Queer perlu upaya yang nyata dan sanggup untuk menerima segala hal yang ada di dalamnya.

0
joy
Joy
0
cong_
Cong.
0
loved
Loved
0
surprised
Surprised
0
unliked
Unliked
0
mad
Mad
Ribut Mendebatkan Queer, Tetapi Pernah Gak Melibatkan Mereka dalam Forum Kamu?

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Install App

By installing our application, you can access our content faster and easier.

Login

To enjoy Kabarwarga privileges, log in or create an account now, and it's completely free!

Follow Us