Mubadalah.id – Beberapa hari yang lalu ramai video Kekerasan Dalam Rumat Tangga (KDRT) yang menimpa selebgram Cut Intan Nabila tersebar di media sosial. Mirisnya kekerasan tersebut tidak hanya menimpa Cut Intan tetapi sang anak yang masih bayi ikut terkena dampak dari KDRT tersebut. Pada video terbaru yang terunggah oleh Intan, tampak Armor Toreador (suami intan) memitingnya di tempat tidur yang disaksikan oleh salah satu anak mereka.
Mengutip dari cnnindonesia.com dalam kasus ini Armor terjerat pasal berlapis yakni Pasal 44 ayat UU Nomor 23 Tahun 2004 terkait KDRT, Pasal 80 Nomor 35 Tahun 2014 terkait kekerasan terhadap anak serta pasal 351 KUHP tentang penganiayaan dengan ancaman maksimal 10 tahun penjara. Video KDRT yang Intan alami rupanya mengundang emosi netizen, tidak sedikit yang mengutuk perbuatan Armor dan menyayangkan kejadian tersebut.
KDRT memang suatu perbuatan yang tidak bisa kita maafkan karena dapat merugikan korban dan anak-anak. Selain KDRT yang Intan alami, sejauh ini juga banyak kasus-kasus KDRT yang disoroti oleh masyarakat. Tentu saja kasus-kasus tersebut tidak hanya berdampak pada korban tetapi berdampak pula kepada orang yang belum menikah terutama perempuan. KDRT pada akhirnya menjadi trust issue yang berkembang sehingga mengakibatkan perempuan untuk takut menikah.
Dunia pernikahan itu seperti susah kita tebak. Masa awal pernikahan memang selalu menyenangkan tetapi di tengah-tengah perjalanan selalu saja ada hal-hal yang menguji kedewasaan pasangan dalam menyikapi masalah. Bertambah lagi banyaknya kasus dalam rumah tangga yang merugikan salah satu pihak menjadikan pernikahan seperti sangat-sangat menakutkan dan mengerikan. Padahal, pernikahan tidak menakutkan, dan tidak benar-benar mengerikan jika masing-masing pasangan memiliki kesadaran berikut.
Orientasi Beribadah
Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia yang diisi dengan berbagai barang-barang materi selalu menyenangkan, memiliki harta yang banyak, rumah yang besar, mobil berjejer, belanja tanpa melihat harga, adalah impian setiap orang. Sama halnya dengan pernikahan, terkadang dalam mencari pasangan, seseorang lebih mendahulukan perasaan cinta dan penampilan.
Padahal, rasa cinta dan penampilan dari seseorang adalah bentuk material yang artinya tidak abadi. Rasa cinta dapat hilang kapan saja dan penampilan dapat berubah ketika menua. Oleh sebab itu sebaiknya jangan menjadikan hal-hal yang bersifat material sebagai tujuan hidup. Pun dengan pernikahan. Jangan jadikan pasangan sebagai tujuan hidup, tetapi jadikan sebagai media dan kendaraan untuk beribadah dan menuju Allah SWT.
Dalam QS. Adz- Dzariyat ayat 56 Allah SWT berfirman yang artinya “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku”.
Pernikahan adalah salah satu bagian dari ibadah. Oleh sebab itu, orientasi dalam pernikahan pun harusnya untuk beribadah. Ketika orientasi dalam pernikahan adalah ibadah, maka apapun yang dilakukan bernilai ibadah. Pernikahan yang dilakukan atas dasar ibadah dapat menjadi benteng atas segala konflik rumah tangga yang terjadi. Dapat meminimalisir KDRT, Perselingkuhan, Perceraian, dan hal-hal yang merugikan pasangan.
Relasi Kesalingan
Patriarki yang melekat di masyarakat menjadi momok yang menakutkan dalam pernikahan. Bagaimana tidak, paham patriarki selalu menyudutkan perempuan dalam berbagai aspek termasuk rumah tangga. Selama ini dalam rumah tangga seperti telah terjadi dikotomi peran antara laki-laki (suami) dan perempuan (istri). Mereka melakukan tugas sesuai dengan tradisi patriarki yang telah mengakar kuat di masyarakat.
Dikotomi peran tersebut pada dasarnya dapat menjadi bibit keretakan rumah tangga. Fokus dengan pekerjaan masing-masing dapat menimbulkan rasa sepi dan sendiri pada pasangan. oleh sebab itu pentingnya memunculkan sikap kesalingan dalam rumah tangga.
Mengutip dari mubadalah.id prinsip utama dari relasi kesalingan adalah mewujudkan relasi yang bermartabat, adil, dan maslahah. Bermartabat artinya dalam berelasi kedua belah pihak memandang penting dan mulia. Adil berarti menuntut orang yang memiliki kapasitas untuk memberdayakan yang masih kurang secara kapasitas. Sedangkan maslahah artinya kedua belah pihak menjadi subjek untuk melakukan dan memperoleh kebaikan.
Relasi kesalingan yang dapat kita manifestasikan dengan hidup bersama dalam rumah tangga seperti saling bahu membahu, saling menceritakan dan mendengarkan, saling tolong menolong dan segala kesalingan yang berdampak positif bagi pasangan.
Bijak dalam Mengambil Keputusan
Sebagai sebuah pasangan penting kiranya untuk mengambil keputusan yang bijak agar tidak menyudutkan salah satu pasangan. Salah dalam mengambil keputusan dapat berakibat fatal dalam kelanjutan hubungan rumah tangga. Contohnya adalah KDRT, yakni tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang merupakan hasil dari olah pikiran yang kurang maksimal dan tidak menunjukkan sikap bijak sama sekali.
Segala permasalahan yang muncul dalam rumah tangga memang harus kita selesaikan, tentu dengan cara yang baik, bijak dan beretika. Keputusan yang bijak dapat kita ambil setelah melakukan obrolan dengan pasangan. Laki-laki (suami) sebagai kepala rumah tangga memiliki peran penting dalam hal ini. Setiap keputusannya menjadi arah baru dalam rumah tangga, tentu saja keputusan tersebut diambil atas afirmasi dari perempuan (istri).
Jika tiga hal di atas dapat kita laksanakan maka marriage is not scary. Pernikahan menjadi terlihat seram dan menakutkan ketika tidak ada kesadaran untuk intropeksi diri dari pasangan, dan berkomitmen untuk menjadi lebih baik. Ujian dalam pernikahan pasti setiap orang mengalaminya. Tetapi KDRT bukan masuk dalam kategori ujian melainkan kekerasan dan penganiayaan sehingga harus di proses secara hukum. Wallahua’lam. []