Surabaya, jurnal9.tv -Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) menggelar Seminar Nasional dan Pelatihan Transformasi Kemasjidan di Asrama Haji Surabaya, Sabtu (31/8/2024).
Seminar nasional dan pelatihan ini merupakan proyek perdana LTM PBNU mengingat masjid sebagai ujung tombak pelayanan umat selama 24 jam.
Akan ada seribu takmir terpilih sebagai agen perubahan masjid-masjid di bawah naungan NU. Sekaligus meneguhkan kembali dakwah Rahmatan Lil Alamiin.
Hadir dalam Pembukaan Seminar Nasional, Rais Aam PBNU KH Miftakhul Akhyar, PWNU Jatim, Tanfidziah PBNU, Ketua Lembaga Takmir Masjid PBNU H Mohammad Mahdum, Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jatim Akhmad Sruji Bahtiar berkesempatan membuka acara.
Ketua LTM LPBNU H Mohammad Mahdum berharap para takmir bisa membuat masjid menjadi tempat yang selalu dirindukan dengan melakukan manajemen transformasi perubahan masjid.
Di mana 31 takmir dari 31 masjid kabupaten/kota terpilih di Jatim akan mengikuti training pada tahap pertama ini. Mereka menerima pelatihan langsung dari PBNU, Kementerian Agama, Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN.
Mereka juga akan menjadi pilot projects transformasi pengelolaan masjid di Jatim. Para peserta tersebut diharapkan dapat menjadi penggerak masjid-masjid NU. Dan ke depan akan ada 1000 takmir masjid menerima pelatihan serupa hingga akhir tahun nanti.
Implementasi pelatihan itu antara lain meliputi kebersihan masjid, langkah menciptakan masjid ramah perempuan dan ramah anak. Bukan sekadar pelatihan, namun juga diharapkan memberi dampak secara nyata. Termasuk melibatkan aspek optimalisasi zakat, infak sedekah dan digitalisasi. Bahkan diharapkan transfer keuangan dari lingkungan masjid yang berkemampuan.
“Tugas LTM PBNU adalah memfasilitasi ini,” tandasnya.
Berdasarkan data PBNU, total ada 700 ribu masjid di bawah NU. Pihaknya akan melakukan standarisasi berdasarkan cluster masing-masing.
“PBNU hadir untuk merawat dan memakmurkan masjid sebagai langkah menjaga peradaban. Total kami menargetkan 1.000 takmir pada periode pertama,” katanya.
Ketua Kanwil Kemenag Jatim Akhmad Sruji Bahtiar pada kesempatan yang sama mengucapakan terima kasih kepada PBNU atas terselenggaranya acara ini. Ia memastikan akan selalu bekerja sama dengan NU di berbagai tingkat. Mulai pusat hingga ranting.
“Ini tentunya bukan hal yang biasa bagi kami, karena yang hadir adalah para beliau-beliau yang akan menghiasi masjid di Jatim,” kata Kepala Kemenag Jatim.
Rais Aam PBNU KH Miftakhul Akhyar dalam tauziah mengungkapkan, bahwa masjid ibaratnya adalah parlemen yang anggotanya terdiri dari semua jenis manusia tanpa membedakan suku, kulit, warna maupun perbedaan kedudukan.
“(Mereka) Semua menjadi anggota parlemen yang dinamakan masjid. Bahkan siapa yang datang pertama kali tukang becak misalnya, dia berhak menempati shaf terdepan,” jelas KH Miftakhul Akhyar.
Masjid bukan hanya menjadi tempat shalat, tetapi juga madrasah. Bahkan pada masa Rasulullah, masjid adalah tempat para jemaah, tempat menerima delegasi, hingga merawat korban perang. Dari sejarah itulah, PBNU ingin agar manajemen masjid makin meningkat.
“Menjadi takmir masjid adalah bagian tanda jika seseorang dicintai oleh Allah SWT,” ucapnya.
Oleh karena itu, pelatihan manajemen transformasi masjid dengan tema “Merawat Masjid Membangun Peradaban” ini dinilai adalah langkah baik sebagai bentuk hijrah memperbaiki manajemen masjid secara keseluruhan. Sebab masjid adalah sumber kekuatan. PBNU akan mulai membangun kembali risalah masjid sebagaimana pada masa Rasulullah SAW.(*)